Logo Bloomberg Technoz


Meski begitu, Eliza juga menekankan kepada pemerintah untuk lebih berhati-hati dalam menaikkan HAP karena inflasi pangan (volatile food) per Maret 2024 masih tinggi yakni di 10,3% secara tahunan atau year on year (yoy).

Tidak sampai di situ, Eliza turut memaparkan kelangkaan stok dan kenaikan harga gula yang sebetulnya telah terjadi sejak 2023 ini disebabkan oleh naiknya harga gula internasional yang dipicu oleh dampak El Nino di India dan Thailand —dua dari lima produsen gula terbesar di dunia — sementara kebutuhan gula secara nasional menurutnya cukup tinggi yakni sebesar 60%.

Dengan demikian, menurutnya, kenaikan harga gula secara global juga sudah tidak terhindarkan ditambah dengan momentum Pemilu dan Ramadan yang berdekatan sehingga membuat pasokan jadi sangat terbatas.

"Lebih dari separuh impor gula Indonesia atau 65% itu dari Thailand dan India, sisanya dari Brasil dan Australia. Ditambah lagi awal 2024 demand kita terus-terusan naik akibat momentum pesta demokrasi dan Ramadan yang jarak waktunya berdekatan. Jadi memang ditentukan harga internasional," pungkasnya.  

Senada dengan pendapat Eliza, Asosiasi Gula Indonesia (AGI) menilai isu kelangkaan gula konsumsi di perdagangan ritel maupun eceran merupakan efek dari persoalan ekonomi global yang menghambat arus impor.

Tenaga Ahli AGI Yadi Yusriyadi mengatakan stok gula kristal putih (GKP) atau gula konsumsi impor diperkirakan baru akan masuk secara bertahap dalam waktu dekat. Jika ditambah dengan stok lokal saat ini, pasokan gula nasional masih mencukupi walaupun tipis.

"Sehingga bisa dikatakan tetap langka. Kelangkaan [di ritel modern] saat ini terjadi pada gula dalam kemasan atau branded, karena pabriknya banyak yang belum [memasuki musim] giling," ujar Yadi.

Di sisi lain, Yadi menyebut pasokan gula di pasar tradisional terpantau masih cukup aman karena dipenuhi oleh gula curah atau non-branded dalam kemasan konvensional, walaupun dibanderol tinggi di atas HAP gula yang baru.

Untuk diketahui, Badan Pangan Nasional (Bapanas) baru-baru ini menaikkan HAP gula konsumsi menjadi Rp17.500/kg dari sebelumnya Rp16.000/kg untuk harga jual di tingkat ritel atau konsumen.

Khusus untuk daerah/wilayah Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat, Papua Pegunungan, Papua Tengah, Papua Selatan, Papua Barat Daya, dan wilayah 3TP (Tertinggal, Terluar, Terpencil, dan Perbatasan) harga gula konsumsi di tingkat ritel atau konsumen ditetapkan senilai Rp18.500/kg.

"Berdasarkan hal tersebut di atas, Saudara [pedagang] dapat mengimplementasikan relaksasi atau penyesuaian harga gula dimaksud berlaku mulai 5 April 2024 sampai dengan 31 Mei 2024 dan selanjutnya akan dilakukan evaluasi secara berkala," tulis Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan I Gusti Ketut Astawa dalam surat edaran Bapanas tentang Penyesuaian Harga Gula Konsumsi di Tingkat Konsumen itu.

(prc/wdh)

No more pages