Logo Bloomberg Technoz

Menurut data yang dirilis pada Senin (1/4/2024), Indeks Manufaktur Institute for Supply Management (ISM) menguat 2,5 poin menjadi 50,3 pada Maret. Kenaikan cepat ini menghentikan 16 bulan berturut-turut aktivitas yang menyusut.

Adapun laju Indeks tersebut di Maret melebihi semua perkiraan dalam survei ekonom Bloomberg.

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, produksi melonjak tajam dari bulan sebelumnya dengan kenaikan 6,2 poin, yang merupakan kenaikan terbesar sejak pertengahan 2020. Pada level 54,6, pertumbuhan produksi adalah yang terkuat sejak Juni 2022.

"Permintaan tetap pada tahap awal pemulihan, dengan tanda-tanda jelas tentang perbaikan kondisi. Eksekusi produksi melonjak dibandingkan dengan Januari dan Februari, karena perusahaan panelis kembali mengalami ekspansi," kata Timothy Fiore, Ketua Komite Survei Bisnis Manufaktur ISM, dalam sebuah pernyataan resmi.

Data solid tersebut memperkuat spekulasi bahwa Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) tidak akan terburu-buru untuk menurunkan suku bunga, dan kebijakan suku bunga tinggi berpeluang bertahan di level tinggi.

"Investor memang sedang menantikan kemungkinan perubahan kebijakan Hawkish (Pengetatan Kebijakan Moneter) lainnya dari The Fed," kata Jose Torres di Interactive Brokers. 

"Penurunan suku bunga pertama The Fed mungkin baru tiba di paruh kedua tahun ini – dengan probabilitas penurunan pada Juni ini mendekati peluang 50/50,” tambahnya.

Jumlah penurunan suku bunga The Fed yang diperhitungkan dalam kontrak swap untuk tahun 2024 ini makin turun, menjadi kurang dari 65 basis poin lebih rendah dari yang diperkirakan oleh pembuat kebijakan The Fed itu sendiri.

Lebih lanjut, Gubernur The Fed Jerome Powell – yang akan berbicara pada Rabu (3/4/2024) – mengatakan pada Jumat bahwa para pejabat sedang menunggu lebih banyak bukti bahwa harga-harga juga inflasi dapat dikendalikan.

Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, aktivitas manufaktur di kawasan Asia melemah di Maret meskipun terjadi rebound pada manufaktur di China seiring dengan melemahnya permintaan dalam negeri. Menyusutnya aktivitas manufaktur tidak hanya terjadi di negara berorientasi ekspor seperti Jepang dan Korea Selatan, tetapi juga terjadi di Taiwan, Malaysia, dan Vietnam.

“Kondisi ini memberi sorotan pada tantangan yang dihadapi pembuat kebijakan di kawasan Asia di tengah kelangkaan sinyal pemulihan permintaan global dan ketidakpastian kapan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan mulai memangkas suku bunga” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.

Dari dalam negeri, tekanan juga datang dari rilis data inflasi RI. Badan Pusat Statistik merilis data inflasi nasional periode Maret. Inflasi terakselerasi dengan laju yang lebih tinggi dari konsensus pasar.

Pada Senin, Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti memaparkan terjadi inflasi 0,52% pada Maret dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Lebih tinggi dibandingkan Februari yang hanya 0,37% mtm. 

Konsensus yang dihimpun Bloomberg memperkirakan inflasi bulanan Maret di 0,4% mtm. Sedangkan inflasi komponen Inti juga naik melampaui ekspektasi sebelumnya di angka 1,77%, dibandingkan konsensus di 1,71%.

Sementara dibandingkan Maret 2023 (year-on-year/yoy), inflasi berada di 3,05%. Lebih tinggi dibandingkan Februari 2,75% yoy, dan juga lebih besar dari konsensus yang dihimpun Bloomberg sebesar 2,91%.

"Adapun dibandingkan dengan periode sebelumnya, kecuali 2022, inflasi Ramadan tahun ini relatif lebih tinggi," kata Amalia.

Komoditas yang memberikan andil sumbangan inflasi terbesar, lanjut Amalia, adalah telur ayam ras, daging ayam ras, beras, cabai rawit, dan bawang putih. Sementara yang mengalami deflasi atau penurunan harga adalah cabai merah, tomat, dan tarif angkutan udara.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG kembali terkoreksi 1,15% ke 7.205 dan masih didominasi oleh volume penjualan. 

“Pada label hitam, koreksi IHSG diperkirakan akan menguji area support di 7.099 dan akan berpeluang menguat kembali untuk menguji 7.432 hingga 7.600. Namun, pada label merah, apabila IHSG menembus support 7.099 maka IHSG masih rawan melanjutkan koreksinya menguji 6.931-7.021 untuk membentuk wave (c) dari wave [iv],” papar Herditya dalam risetnya pada Selasa (2/4/2024).

Bersamaan dengan risetnya, Herditya memberikan rekomendasi saham hari ini, AMMN, MDKA, PGAS, dan UNTR.

Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, IHSG berpotensi lanjut melemah, setelah kemarin terjadi tekanan jual yang cukup besar.

“Waspadai support critical IHSG di 7.140-7.150 di Selasa (2/4). Bersamaan dengan pelemahan Senin (1/4), terjadi pelebaran negative slope pada MACD dan terdapat indikasi losing momentum pada Stochastic RSI. Kondisi tersebut diikuti volume transaksi yang berada di atas rata-rata 1 bulan terakhir mengindikasikan tekanan jual masih cukup besar,” tulisnya.

Adapun semalam, DJIA melemah signifikan di Senin (1/4). Sementara S&P 500 dan Nasdaq cenderung bergerak terbatas. Kondisi ini dipicu oleh penilaian Gubernur The Fed, Jerome Powell bahwa pertumbuhan ekonomi di AS masih kuat dan inflasi di AS masih berada di atas target. Pernyataan ini memicu kekhawatiran bahwa belum ada urgensi bagi The Fed untuk segera memangkas suku bunga acuan.

Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi pada saham ACES, INCO, TLKM, EXCL, CPIN dan BBTN.

(fad/wep)

No more pages