Logo Bloomberg Technoz

Rupiah Waspadai Data Inflasi AS dan Tindak Lanjut Deflasi China

Ruisa Khoiriyah
10 August 2023 08:44

Rupiah Tahun Emisi 2022 (Dok. Bank Indonesia)
Rupiah Tahun Emisi 2022 (Dok. Bank Indonesia)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Nilai tukar rupiah masih akan bergerak waspada hari ini menunggu data inflasi Amerika dan perkiraan kebijakan lanjutan pemerintah Tiongkok untuk mengeluarkan negara itu dari kelesuan. Kesemuanya akan memengaruhi selera investasi pemodal ke depan.

Setelah pada penutupan perdagangan pasar spot kemarin, mata uang Indonesia rupiah berhasil bangkit dari tekanan dengan penguatan tipis mengekor pergerakan mata uang Tiongkok yuan, hari ini rupiah akan menanti data inflasi CPI Amerika yang akan dipublikasikan nanti malam waktu Indonesia.

Pemerintah AS akan mengumumkan inflasi Consumer Price Index (CPI) Amerika untuk Juli dengan konsensus pasar memperkirakan CPI bulanan sebesar 0,2% dan CPI inti bulanan di angka yang sama. Sementara inflasi CPI secara tahunan diperkirakan di angka 3,3% -naik dari Juni 3%, dengan inflasi inti secara tahunan diprediksi di kisaran 4,7% di mana itu berarti penurunan dari Juni sebesar 4,8%. 

Pelaku pasar saat ini cenderung berekspektasi kebijakan bunga acuan the Fed didasarkan pada skenario soft landing atau resesi dangkal pada kuartal IV-2023, akan tetapi itu masih membutuhkan konfirmasi dari rilis data inflasi CPI dan harga produsen (Producer Price Index) pekan ini. Apabila pergerakan inflasi CPI bulanan Amerika berada di 0,2%, itu akan memperkuat skenario bahwa tidak akan ada lagi kenaikan bunga acuan di sisa tahun ini.

Di pasar swap pagi ini, ekspektasi pelaku pasar terhadap kenaikan bunga the Fed sebesar 25 bps di sisa tahun ini semakin menurun dengan angka probabilitas yang lebih rendah. Sementara indeks dolar Amerika semalam ditutup melemah tipis dan pagi ini kembali bergerak menguat ke kisaran 102,544.