Logo Bloomberg Technoz

Alasan BI Yakin Defisit Transaksi Berjalan RI Tak Berbahaya

Dovana Hasiana
25 April 2025 09:30

Konfrensi pers mengenai perkembangan ekonomi terkini. (Youtube Bank Indonesia)
Konfrensi pers mengenai perkembangan ekonomi terkini. (Youtube Bank Indonesia)

Bloomberg Technoz, Jakarta – Bank Indonesia (BI) memproyeksikan defisit neraca transaksi berjalan (current account) berada dalam kisaran 0,5% sampai 1,3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2025, di tengah guncangan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS).

Gubernur BI Perry Warjiyo mengamini angka itu lebih rendah dibandingkan dengan Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) yang memproyeksikan defisit neraca transaksi berjalan makin dalam menjadi 1,5% pada 2025 dan 1,6% pada 2026.

Proyeksi itu lebih lebar dibandingkan dengan neraca transaksi berjalan pada 2024 yang defisit 0,6%. 

Menurut Perry, perbedaan proyeksi terjadi karena kedua lembaga tersebut memiliki landasan analisis yang berbeda.

Dalam hal ini, BI mendasarkan analisis melalui peristiwa pada 9 April 2025, di mana Presiden AS Donald Trump mengumumkan penundaan tarif 90 hari kepada mitra dagang, kecuali China.