Logo Bloomberg Technoz

Siap-Siap, Badai Kenaikan Bunga Acuan Datang Lagi Bebani Ekonomi

Ruisa Khoiriyah
26 October 2023 11:30

Ilustrasi Bank Indonesia (BI). (Dimas Ardian/Bloomberg)
Ilustrasi Bank Indonesia (BI). (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Bermula dari Jakarta, gelombang kenaikan bunga acuan di Asia diperkirakan sudah datang. Keperkasaan dolar Amerika Serikat (AS) yang menyeret kejatuhan nilai tukar hampir semua negara, membuat para pejabat bank sentral di banyak negara pusing tujuh keliling dan didesak menyiapkan amunisi lebih ampuh agar dampaknya tidak kian liar.

Di kawasan Asia, Indonesia membuat kejutan ketika pekan lalu menaikkan bunga acuan 25 bps menjadi 6%, setelah rupiah semakin tertekan mendekati level psikologis baru Rp16.000/US$. Para pelaku pasar kini mulai menaikkan ekspektasi bunga acuan Filipina dan Malaysia akan ikut dikerek seiring dengan valuta yang terus terperosok melemah.

Ringgit Malaysia sempat terpuruk mendekati level terendah sejak 1998, lalu yen Jepang bahkan terperosok ke level terlemah sejak lebih dari 30 tahun terakhir. Di pasar surat utang Filipina, selisih imbal hasil tenor 2 tahun dengan bunga acuan negara itu semakin melebar mengindikasikan para pelaku pasar mengantisipasi potensi kenaikan bunga acuan, berdasarkan data yang dikompilasi oleh Bloomberg.

"Setiap bank sentral memiliki buku panduan sendiri," kata Frances Cheung, rates strategist di Oversea-Chinese Banking Corp, dikutip dari Bloomberg News, Kamis (26/10/2023). "Dalam pada itu, kebijakan Bank Indonesia secara persis mencerminkan betapa besar tekanan harga dolar AS pada pengambilan keputusan moneter di Asia," jelasnya.

Sebelum Bank Indonesia mengerek bunga acuan di luar prediksi pasar, Thailand juga sudah menaikkan bunga acuan namun untuk alasan yang sedikit berbeda yakni terkait antisipasi inflasi pasca dikucurkannya stimulus ekonomi di negeri itu. Bank Indonesia juga diperkirakan tidak akan berhenti di 6%.