Logo Bloomberg Technoz

Berdasarkan peringkat FIFA terkini, Indonesia pun jauh di bawah Australia. Indonesia terdampar di posisi 174 dunia, sementara Australia rangking 35.

Rasa Kurang Enak

Meski Indonesia lolos, dan ini patut disyukuri, tetapi Piala Asia 2024 ini meninggalkan rasa yang kurang enak, kurang sreg. Rasa itu datang dari pertandingan terakhir di fase grup yang dihelat pada hari yang berbeda.

Seperti disebut sebelumnya, Indonesia baru dipastikan lolos ke babak 16 besar pada 2 hari setelah menyelesaikan laga pamungkas di fase grup. Jepang lolos menjadi runner-up Grup D di bawah Irak setelah menekuk Indonesia 3-1.

Di babak 16 besar, Jepang akan bertemu dengan juara Grup E. Melihat Jepang yang sudah dipastikan lolos sebagai juara grup, Korea Selatan (yang baru bertanding malam tadi) seakan enggan meraih kemenangan saat melawan Malaysia di laga terakhir. 

Hasil akhirnya adalah imbang 3-3. Tim Negeri Ginseng tidak perlu meladeni Jepang, tetapi ‘cukup’ melawan Irak di babak 16 besar. Korea Selatan seakan ‘mengikhlaskan’ posisi juara grup kepada Bahrain, yang akan melawan Jepang.

Situasi ini menimbulkan rasa yang kurang enak. Tim yang lolos bisa memilih lawan di babak selanjutnya, sehingga mengorbankan laga terakhir di fase grup untuk mendapat lawan yang dinilai lebih ‘empuk’.

Situasi ini melahirkan kemungkinan main sabun, kongkalikong, cincay, sepakbola gajah, apapun sebutannya. Pengalaman sudah membuktikan kemungkinan itu.

'Komedi' Piala Tiger 1998

Paling teringat tentu tragedi Piala Tiger 1998. Di kompetisi sepakbola antar-negara Asia Tenggara itu, Indonesia berada di Grup A bersama Thailand, Myanmar, dan Filipina. Sementara di Grup B ada Singapura, Vietnam, Malaysia, dan Laos.

Pada 30 Agustus 1998, Grup B sudah menyelesaikan seluruh pertandingan di mana SIngapura menjadi juara dan tuan rumah Vietnam finis sebagai runner-up. Sehari sebelumnya, pada 31 Agustus 1998, laga terakhir di Grup A dihelat.

Mengetahui juara grup bakal berhadapan dengan Vietnam, Indonesia dan Thailand pun bermain asal-asalan. Keduanya seakan tidak mau menang karena ogah menjadi juara Grup A.

Puncaknya adalah komedi yang tercipta pada menit-menit akhir. Mursyid Effendi menceploskan bola ke gawang sendiri. Uniknya, atau ironisnya, pemain-pemain Indonesia malah melakukan selebrasi. Hasil akhir, Indonesia ‘kalah’ 3-2 tetapi anehnya terasa seperti kemenangan karena tidak perlu bertemu dengan Vietnam.

Kejadian itu kemudian akrab disebut Sepakbola Gajah. Bak atraksi gajah yang bermain sepakbola. Tidak serius.

Indonesia pun mendapat hukuman karena sikap tidak sportif tersebut. Mursyid dilarang tampil di level internasional seumur hidup. Bek yang kala itu memperkuat Persebaya Surabaya tersebut tidak boleh lagi membela timnas.

Disgrace of Gijon

Kejadian serupa juga terjadi pada Piala Dunia 1982 di Spanyol. Kejadian yang dikenal sebagai Disgrace of Gijon.

Tiga tim yang terlihat dalam ‘opera sabun’ ini adalah Jerman Barat dan Austria. Di laga pembuka grup, Aljazair memberi kejutan dengan mengandaskan Jerman Barat 2-1 tetapi kemudian kalah 0-2 dari Austria lalu menang 3-2 melawan Chile.

Hasil itu membuka peluang Aljazair lolos ke babak selanjutnya. Namun laga Jerman Barat versus Austria digelar sehari sesudah Aljazair membekuk Chile. Kemenangan 1-0 atau 2-0 untuk Jerman Barat akan membuat kedua negara ini lolos, dan Aljazair hanya menjadi ‘tumbal proyek’.

Jerman unggul 1-0 pada menit ke-10 lewat gol Horst Hrubesch. Setelah gol itu, pertandingan berjalan datar karena nasib kedua tim sudah dipastikan.

Para penonton yang menyaksikan laga di Stadion El Molinon (Gijon) pun bereaksi. Teriakan “fuera (keluar)”, “Argelia (Aljazair), dan “que se besen (kailan ciuman saja)” menggema sepanjang pertandingan.

Untuk menghindari kejadian-kejadian itu terulang, sejatinya sudah ada solusi. Di turnamen yang familiar seperti Piala Dunia atau Liga Champions, laga terakhir di fase grup dilakukan serentak. Dengan demikian, risiko main sabun, cincay, sepakbola gajah, dan semacamnya bisa ditekan.

Namun entah mengapa di Piala Asia 2024 format kuno masih diterapkan, di mana pertandingan terakhir fase grup dilakukan pada hari yang berbeda. Ini yang kemudian meninggalkan rasa kurang enak, seperti pertandingan Korea Selatan-Malaysia tadi malam.

(aji/hps)

No more pages