“Hari ini sudah ada satu BU swasta yang komit untuk mengambil sebanyak 40.000 barel dari kargo yang isinya 100.000 barrel milik Pertamina Patra Niaga,” ungkap Laode.
Urung Beli
Akan tetapi, dalam kesempatan yang sama, Wakil Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga (PPN) Achmad Muchtasyar justru membantah pernyataan Laode tersebut.
Menurut dia, Vivo batal membeli BBM dasaran sebesar 40.000 barel yang telah diimpor oleh PPN, sebab terdapat kandungan etanol sebesar 3,5% dalam BBM tanpa campuran aditif dan pewarna tersebut.
Achmad mengklaim bahwa berdasarkan aturan yang berlaku kandungan etanol yang diperbolehkan terkandung dalam bensin maksimal sebesar 20%.
Meskipun begitu, operator SPBU swasta tetap enggan membeli BBM yang diimpor Pertamina sebab terdapat kandungan etanol sebesar 3,5%.
“Nah, sedangkan ada etanol 3,5%. Nah, ini yang membuat kondisi teman-teman SPBU swasta untuk tidak melanjutkan pembelian karena ada konten etanol tersebut. Di mana konten itu sebetulnya masih masuk ambang yang diperkenankan oleh pemerintah,” kata Achmad, dalam kesempatan yang sama.
BP-AKR Sempat Deal
Lebih lanjut, Achmad juga sempat menyinggung bahwa PT Aneka Petroindo Raya atau usaha patungan BP dan AKR operator SPBU BP-AKR sempat menyetujui untuk membeli sejumlah BBM dasaran tersebut.
Akan tetapi, dalam perkembangannya mereka juga turut membatalkan minatnya dengan alasan yang sama.
“Lalu tinggal AKR, AKR akhirnya tidak juga. Jadi tidak ada semua. Isu yang disampaikan kepada rekan-rekan SPBU ini adalah mengenai konten. Kontennya itu ada kandungan etanol,” tegas dia.
Selain itu, Achmad berharap bahwa dalam kargo BBM tahap dua yang diimpor Pertamina memiliki kandungan atau konten BBM dasaran tersebut dapat sesuai dengan spesifikasi dan kemauan dari operator SPBU swasta.
“Nah, tetapi teman-teman SPBU swasta berkenan jika nanti pada kargo selanjutnya siap bernegosiasi kalau memang nanti kualitasnya. Ini bukan masalah kualitas, masalah konten. Kontennya ini aman bagi karakteristik spesifikasi produk yang masing-masing. Karena ini beda-beda merek, beda spesifikasi. Maunya begini, maunya begitu,” ungkap Achmad.
Adapun, Achmad menyebutkan bahwa operator SPBU swasta membutuhkan total 1,2 juta barel base fuel dengan nilai oktan (RON) 98 dan 278.000 barel base fuel dengan nilai oktan 92.
Sebelumnya, Sekretaris Perusahaan Pertamina Patra Niaga Roberth MV Dumatubun mengungkapkan base fuel sebanyak 60.000 barel dari total 100.000 barel kargo impor tahap pertama yang ditawarkan oleh kepada BU hilir migas akhirnya dipakai oleh perseroan, imbas tidak kunjung ada kesepakatan pembelian dari SPBU swasta.
Roberth mengatakan baru SPBU Vivo ang sudah sepakat membeli base fuel dari Pertamina, dengan volume sebanyak 40.000 barel. Dengan demikian, masih terdapat sisa base fuel impor tahap pertama sebanyak 60.000 barel.
Dia menegaskan, jika tidak juga terserap, bahan bakar minyak dasaran tersebut akan dipakai sendiri oleh perusahaan pelat merah tersebut.
“Kargo yang tidak terserap 60.000 barel dipakai Pertamina saat ini,” kata Roberth saat dihubungi, Selasa (30/9/2025). “Belum ada selain Vivo [beli base fuel ke Pertamina], yang lain belum ada action."
Roberth menyatakan Pertamina tidak bisa menunggu lama hingga SPBU lainnya—seperti Shell, BP-AKR, dan Exxon — memutuskan pembelian base fuel tersebut. Apalagi, nantinya akan ada tambahan biaya logistik pengangkutan BBM impor tersebut.
“Ini ibarat kita kirim barang pakai jasa mobil box, nah dia hanya antar saja. Kalau disuruh menunggu, jangan nurunin barang dulu, beberapa hari ya pasti ada tambahan biaya untuk sewa mobil box-nya ya,” tutur Roberth.
Sebelumnya, padahal, Kementerian ESDM mengklaim sudah terdapat empat dari lima operator SPBU yang telah menyatakan setuju untuk membeli base fuel dari Pertamina.
Sekadar catatan, lima BU hilir migas swasta yang beroperasi di Indonesia dan terlibat dalam rapat pembahasan koordinasi BBM dengan Kementerian ESDM akhir-akhir ini a.l. Shell Indonesia (Shell), PT Aneka Petroindo Raya (BP-AKR), Vivo, PT ExxonMobil Lubricants Indonesia (Mobil), dan PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA).
(azr/wdh)

































