Logo Bloomberg Technoz

Potensi Dampak Gagalnya Negosiasi Tarif AS Bagi RI Akibat BRICS

Dovana Hasiana
11 July 2025 15:48

Presiden Prabowo Subianto bersama pemimpin negara anggota BRICS di Brasil. (Dok. Setpres RI)
Presiden Prabowo Subianto bersama pemimpin negara anggota BRICS di Brasil. (Dok. Setpres RI)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai kedekatan Indonesia dengan Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan (BRICS) bukan sesuatu yang menggembirakan bagi Amerika Serikat (AS). Hal ini dianggap berpotensi memperburuk hasil negosiasi tarif antara RI dan AS.

Menyitir laporan terbaru bertajuk Masa Depan Ekonomi Indonesia di Tengah Perang Dagang dan Konflik Timur Tengah, Indef menggarisbawahi Indonesia belakangan cukup aktif untuk berkunjung ke negara-negara anggota BRICS setelah gencatan tarif Presiden AS Donald Trump berlangsung selama 90 hari ini. 

“Indonesia akan menerima konsekuensi jika tarif resiprokal [atau bahkan lebih tinggi] diberlakukan sebagai bentuk ketidaksukaan Trump terhadap pergerakan Indonesia di pentas internasional,” sebagaimana dikutip melalui laporan tersebut, dikutip Jumat (11/7/2025).

Presiden Prabowo Subianto memang aktif berkunjung hingga menerima perwakilan dari negara BRICS dalam beberapa waktu ini. China merupakan negara pertama yang dikunjungi oleh Prabowo usai resmi dilantik menjadi Presiden ke-8 Indonesia. Bahkan, setelahnya, Kepala Negara juga menerima kunjungan dari Perdana Menteri China Li Qiang di Tanah Air. Teranyar, Prabowo bertemu dengan Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva setelah menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS. 

Sekadar catatan, Trump juga sempat mengatakan AS akan segera memberlakukan tarif 10% untuk produk impor dari negara-negara BRICS. Peringatan ini disampaikannya dalam rapat kabinet di Gedung Putih pada Selasa (8/7/2025) waktu setempat.