Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta -  Program Makan Bergizi Gratis (MBG) tengah disorot karena adanya pengulangan kasus dugaan keracunan sekolah.

Terbaru terjadi di SDN 33 Kasipute, Rumbia Tengah, Bombana, Sulawesi Tenggara, di mana diduga terjadi masalah pada kualitas makanan yang didistribusikan.

Menanggapi adanya pengulangan kejadian kasus dugaan keracunan, Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana menegaskan pihaknya telah mengejar target zero kasus pada program yang sudah berjalan sejak Januari itu.

“Implementasi SOP, aspek higienis dan keamanan pangan sedang ditingkatkan terus,”kata Dadan Bloomberg Technoz, Rabu (30/4).

“Untuk para penjamah makanan dilakukan penyegaran dan pelatihan agar terus meningkatkan keterampilan,”ujarnya.

Dadan mengklaim jumlah Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang kini beroperasi 1.098 serta penerima manfaat makan bergizi gratis dengan total 3,2 juta orang itun juga akan dilakukan penyegaran dan peningkatan kualitas layanan para penjamah makanan melalui pelatihan-pelatihan.

Petugas menyiapkan paket makanan bergizi gratis (MBG) di SPPG Pamerah, Jakarta, Senin (6/1/2025). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Namun, apakah target tersebut bisa dicapai?

Epidemilog Dicky Budiman mengomentari Badan Gizi Nasional (BGN) yang kini tengah kejar target 0 kejadian imbas banyak ditemukan dugaan keracunan di sekolah usai menyantap makan bergizi gratis (MBG).

Menurut Dicky secara idealis target 0 kejadian adalah hal yang sifatnya aspiratif.

Namun, secara realistis sangat menantang khususnya 100% tanpa insiden, terlebih dalam skala nasional dan dalam waktu relatif pendek ini.

Pertama, kata dia, variabilitas skenario dilapangan ini sangat tinggi. 

“Dan setiap sekolah dapur umum dan wilayah ini kan memiliki kondisi infrastruktur, kapasitas sdm (Sumber Daya Manusia) dan juga pengawasan yang berbeda,”ungkap Dicky kepada Bloomberg Technoz, Rabu (30/4).

Lebih lanjut, kata Dicky mengenai risiko kontaminasi silang, kemudian pengolahan yang tidak higienis, juga logistik penyimpanan makanan yang tidak memenuhi standar.

“Ini cukup tinggi dan sekaligus variasi antar wilayah,” ujarnya.

Lalu hal ketiga juga karena kurangnya sistem pelaporan dini dan kontrol terkait mutu yang terpadu.

“Ini juga menjadi penyebab kenapa ini, atau sangat menantang tadi untuk mencapai 100% tanpa insiden,” kata Dicky. 

Dicky pun menyebutkan hal-hal pendukung optimisme yang dapat mendekati 0 kasus tentunya dengan mitigasi sistematis. 

Dengan catatan sistem MBG ini dibangun berbasis food safety change management, atau food security. 

Dicky membeberkan langkah strategis mencegah kasus-kasus penerapan MBG di lapangan.

Seperti standarisasi keamanan protokol pangan, yakni Hazard Analysis Critical Control Poin. Sistem manajemen keamanan pangan yang berfokus pada pencegahan bahaya dan risiko dalam proses produksi makanan.

“Secara nasional pada seluruh titik rantai MBG, dari mulaI pembelian bahan kemudian pengolahan, distribusi, penyajian,” kata Dicky.

“Kemudian harus ada ceklis keamanan pangan pada dapur umum sekolah yang wajib ya, dipenuhi distribusi sebelum makanan,” sambungnya.

Poin berikutnya adalah sertifikasi pelatihan MBG, wajib bagi semua petugas dapur MBG, minimal dua kali setahun.

“Dan ini ketiga ini harus ditunjangkan dengan sistem audit dan monitoring di kita untuk mengintegrasikan data. Sumber bahan makanan dan status penyimpanan dan suhu transportasi kemudian jadwal audit lapangan dan pelaporan cepat insiden kasus keracunan,”.

Selain itu perlu adanya implementasi pemantuan detail pada setiap paket makanan untuk penelusuran rantai makanan distribusi.

“Di insiden tadi, ini harus ada perbaikan,” katanya.

Seorang ibu menyuapi makan bergizi gratis (MBG) ke anaknya di Posyandu Anyelir 1, Ciracas, Jumat (10/1/2025). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Deretan Kasus Keracunan Dugaan MBG

Makan Bergizi Gratis (MBG) telah dimulai sejak Januari 2025. Dalam perjalanannya, ditemukan beberapa kasus dugaan keracunan yang terjadi di sekolah.

Dilansir dari berbagai sumber, pada 19 Februari 2025, ditemukan daging ayam mentah di salah satu kotak makan di sebuah SD di Waingapu, Sumba Timur, NTT.

Selang lima hari, pada tanggal 24 Februari 2025, nasi lauk dan sayuran ini sudah basi sehingga dikumpulkan oleh guru-guru di sebuah SD di Kupang untuk dibuang.

Dalam sepekan pertama MBG di laksanakan di SD Kupang ini, beberapa anak mengalami sakit perut dan muntah-muntah setelah menyantap menunya.

Ada anak dari beberapa kelas, justru mengembalikan makanan semuanya karena tak ingin memakannya, merasa trauma dengan makanan-makanan kemarin basi.

Selain di NTT, sejumlah kasus dugaan keracunan terkait MBG juga terjadi di Sumatera Selatan .Delapan pelajar yang sakit itu adalah siswa SD Negeri 7 Tebing Tinggi, Empat Lawang. Mereka mengeluh sakit perut dan muntah-mutah sesudah menyantap menu MBG.

Sementara, di Jawa Tengah makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG) telah meracuni 40 siswa SD Negeri Dukuh 03 di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

Sebanyak 78 siswa mengalami keracunan diduga setelah menyantap makanan bergizi gratis. Dari jumlah itu, 55 siswa berasal dari MAN Cianjur sedangkan 23 lainnya dari SMPN PGRI 1 Cianjur.

(dec/spt)

No more pages