Logo Bloomberg Technoz

Rupiah Masih Rentan, Perry Nilai BI Rate Tak Perlu Naik Lagi

Azura Yumna Ramadani Purnama
08 May 2024 15:14

Gubernur BI Perry Warjiyo saat konfrensi pers mengenai perkembangan ekonomi terkini. (Youtube Bank Indonesia)
Gubernur BI Perry Warjiyo saat konfrensi pers mengenai perkembangan ekonomi terkini. (Youtube Bank Indonesia)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyatakan tidak ada keperluan lagi untuk menaikkan bunga acuan BI rate lagi meskipun tekanan terhadap rupiah ke depan mungkin masih terjadi di tengah dinamika prospek bunga acuan global dan potensi kenaikan permintaan dolar Amerika Serikat (AS) di pasar domestik pada bulan-bulan mendatang.

"Data-data yang sekarang ada menunjukkan bahwa memang tidak ada lagi keperluan menaikkan BI rate, tapi semuanya data dependent [bergantung pada data]. Dengan data yang sekarang, kami melihat kenaikan BI rate dan SRBI itu cukup untuk memastikan stabilitas nilai tukar dan inflow juga inflasi. Semunya tetap data dependent, hasilnya tunggu nanti saat RDG [Rapat Dewan Gubernur] bulanan, sabar..," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam media briefing di kantor BI, Jakarta, siang hari ini, Rabu (8/5/2024).

Jawaban Perry itu ketika ditanya oleh jurnalis terkait lonjakan bunga SRBI di lelang terakhir yang menyentuh 7,48%, berselisih cukup jauh dengan BI rate di 6,25% yang berpotensi memicu perebutan likuiditas lebih tajam dengan Kementerian Keuangan dengan yield tenor pendek SBN yang terkerek naik di 6,82% dalam lelang terakhir.

"Kami selalu berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan agar kebijakan Lapangan Banteng dan Thamrin selalu sejalan," kata Perry.

Sementara kekhawatiran akan crowding out bisa menjalar ke perbankan, Perry bilang kondisi likuiditas masih memadai dengan adanya tambahan insentif dari Kebijakan Likuiditas Makroprudensial ke perbankan senilai Rp115 triliun hingga akhir tahun ini. "Per 1 Juni ada tambahan likuiditas Rp81 triliun jadi sekitar Rp260 triliun," kata Perry.