Sri Mulyani benar. Meski IKK masih di zona optimistis, tetapi angkanya adalah yang terendah sejak September 2023.
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) tercatat berada di 110,9. Ini menjadi yang terendah sejak November 2022.
Seluruh komponen pembentuk IKE turun. Termasuk Indeks Pembelian Barang Tahan Lama.
Harga Sembako Mahal
Kontraksi penjualan mobil dan sepeda motor adalah salah satu bukti bahwa pembelian barang tahan lama sedang bermasalah. Harga pangan yang masih mahal membuat rakyat mengutamakan kebutuhan pokok, mengurangi pembelian untuk hal-hal yang bisa ditunda.
Hal ini tercermin dari inflasi kelompok bergejolak alias volatile foods yang melonjak. Pada Februari, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi volatile foods mencapai 8,47% yoy, tertinggi sejak Oktober 2022.
“Tekanan inflasi kelompok harga bergejolak memberikan andil terbesar. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah beras, cabai merah, daging ayam ras, tomat, bawang putih, dan telur ayam ras,” ungkap laporan BPS.
Saat pembelian barang tahan lama tertahan, maka prospek ekonomi akan ikut terancam. Sebab, pembelian barang tahan lama merupakan cerminan bahwa rakyat memiliki penghasilan yang cukup untuk membeli produk sekunder, bahkan tersier. Oleh karena itu, pembelian barang tahan lama menjadi indikator kekuatan ekonomi.
Masalah di daya beli kembali terkonfirmasi dari data proporsi penggunaan pendapatan. Pada Februari, porsi pendapatan konsumen yang dipakai untuk konsumsi tercatat 73%, turun 1,6 poin dibandingkan bulan sebelumnya.
Konsumsi adalah motor utama penggerak ekonomi Indonesia. Konsumsi rumah tangga menyumbang lebih dari separuh dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB).
Oleh karena itu, tekanan terhadap daya beli tidak bisa dianggap enteng. Selain bisa membuat ekonomi melambat, masalah daya beli juga bisa menurunkan kesejahteraan rakyat.
"Pola konsumsi masyarakat sudah defensif di mana porsi terbesar itu untuk belanja makanan. Itu ciri ekonomi yang melambat. Kita bisa lihat ada kemungkinan tekanan dari konsumsi," kata Chatib Basri, Ekonom Senior Universitas Indonesia dan mantan Menteri Keuangan, beberapa waktu lalu.
(aji)
