Logo Bloomberg Technoz

Ekonom: BI Serap Lagi Likuiditas Berlebih saat Pandemi Covid

Redaksi
19 January 2024 14:30

Ilustrasi Bank Indonesia (Bloomberg Technoz)
Ilustrasi Bank Indonesia (Bloomberg Technoz)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pelaku pasar keuangan nasional diramaikan dengan isu likuiditas perbankan yang mulai ketat dalam beberapa waktu terakhir. Menurut informasi, Bank Indonesia menanggapi pengetatan likuiditas dengan tenang karena bank sentral justru dengan sengaja menyerap kelebihan likuiditas yang disalurkan saat pandemi Covid-19 pada 2020-2022 lalu.

"Kondisi likuiditas yang ketat di sektor perbankan dan reksa dana memang mengkhawatirkan, namun belum terlalu serius atau mengganggu," ujar Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro dalam hasil risetnya, dikutip Jumat (19/1/2024).

Satria menjelaskan, di tengah meningkatnya rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) dan kenaikan suku bunga di sektor keuangan, bank sentral tampak tidak terpengaruh oleh kondisi pengetatan likuiditas. Hal ini ditunjukkan dengan tidak hanya mempertahankan suku bunga acuan atau BI rate pada level 6%, tapi juga mempertahankan status quo pada rasio giro wajib minimum (GWM) sebesar 9%.

GWM saat ini berada pada level tertinggi sejak tahun 2009. Peningkatan GWM lebih tinggi dibandingkan BI rate, karena bank sentral kini sedang menghapus kelebihan likuiditas yang disalurkan pada 2020-2022. Selama pandemi Covid, BI menyuntikkan likuiditas tidak kurang dari Rp1.200 triliun melalui pembelian obligasi pemerintah di pasar primer dan sekunder.

"Berdasarkan penelusuran saluran yang kami lakukan hari ini, BI tampak teguh dalam misinya untuk menyerap likuiditas lebih lanjut dengan mempertahankan suku bunga BI dan GWM tetap tinggi, serta terus menjual obligasi pemerintah yang dimilikinya," ujar Satria.