Logo Bloomberg Technoz

BI Masih Sabar Belum Mau Turunkan Bunga, Meski Daya Beli Lesu

Ruisa Khoiriyah
17 January 2024 16:55

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo saat pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan Bulan Januari 2024. (Bloomberg Tehnoz/Azura Yumna)
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo saat pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan Bulan Januari 2024. (Bloomberg Tehnoz/Azura Yumna)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Peluang penurunan bunga acuan Bank Indonesia, BI Rate, telah terbuka lebih lebar seiring dengan meredanya ketidakpastian global yang bersumber dari kondisi perekonomian negara-negara besar, termasuk arah bunga acuannya.

Namun, kapan tepatnya Bank Indonesia percaya diri memulai penurunan BI rate sepertinya masih harus menunggu 'gong' dimulainya pivot penurunan bunga Federal Reserve (The Fed) serta seberapa besar penurunan nanti, di tengah perekonomian domestik yang sejauh ini melemah dan membutuhkan pelonggaran moneter agar bisa mencetak pertumbuhan lebih signifikan.

Kenaikan BI rate sebanyak 250 basis poin sejak Agustus 2022 lalu memang diarahkan untuk menopang nilai tukar alih-alih menjinakkan inflasi. Sehingga, pivot BI rate pada akhirnya juga akan menunggu ketidakpastian global untuk benar-benar mereda meski inflasi domestik sejauh ini sudah rendah di mana 2023 tercatat 2,61% dengan inflasi inti jauh lebih kecil di 1,8%, terendah sejak akhir 2021.

Hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia perdana tahun ini yang diumumkan pada konferensi pers siang tadi, Rabu (17/1/2024), terdengar lebih optimistis dengan menggarisbawahi situasi ketidakpastian global yang sudah mereda. BI masih memperkirakan bunga The Fed baru akan turun pada semester II-2024, akan tetapi dengan kisaran penurunan lebih besar ketimbang prediksi yang disampaikan pada RDG bulan sebelumnya.

"Pembacaan kami menunjukkan bahwa FFR akan mulai turun pada semester II-2024 sebanyak tiga kali dengan total 75 basis poin," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam paparan di hadapan para pewarta di Jakarta.