Logo Bloomberg Technoz

RI Mau Tahan Produksi 2026, Harga Nikel Limonit Bisa Naik US$40

Azura Yumna Ramadani Purnama
17 December 2025 11:30

Situs penambangan nikel yang dioperasikan oleh Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara, Indonesia./Bloomberg-Dimas Ardian
Situs penambangan nikel yang dioperasikan oleh Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara, Indonesia./Bloomberg-Dimas Ardian

Bloomberg Technoz, Jakarta – Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) memprediksi harga bijih nikel kadar tinggi atau saprolit dapat terkerek hingga US$25/ton pada 2026, sedangkan kadar rendah atau limonit bisa terkerek US$30—US$40 per ton.

Hal itu terjadi seiring dengan rencana pemerintah memangkas target produksi bijih nikel dalam rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) 2026 menjadi sekitar 250 juta dari target tahun ini sebanyak 379 juta ton, menurut klaim asosiasi. 

Walhasil, masalah kelebihan pasok (oversupply) nikel global diharapkan dapat berkurang dan harga nikel dunia perlahan terkerek naik.


“Dengan harga sekarang nih, harga sekarang, rata-rata bijih nikel limonit dan saprolit nanti berhubungan sama ini ya. Saprolit nanti akan ada kenaikan sampai US$25. Limonit akan ada kenaikan sampai US$30—US$40,” kata Sekretaris Umum APNI Meidy Katrin Lengkey, dalam forum Konsolidasi Industri Nikel, Selasa (16/12/2025).

Adapun, menurut data APNI per 15 Desember 2025, rerata harga bijih nikel limot tercatat senilai US$22,5/ton, sedangkan saprolit US$51,9/ton.