Logo Bloomberg Technoz

Saham-saham yang melesat dan menjadi top gainers di antaranya PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) yang naik 31,7%, PT Radiant Utama Interinsco Tbk (RUIS) melejit 29,6%, dan PT Dafam Property Indonesia Tbk (DFAM) bertambah 24%.

Sedangkan saham-saham yang jatuh dan menjadi top losers antara lain PT Darmi Bersaudara Tbk (KAYU) yang turun 34,1%, PT Krida Jaringan Nusantara Tbk (KJEN) anjlok 15,5%, dan PT Totalindo Eka Persada Tbk (TOPS) ambruk 14,2%.

Di Asia, hanya sedikit indeks saham yang menapaki jalur hijau. Pada pukul 12:35 WIB, PSEI (Filipina) melonjak 1,11%, Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam) naik 0,93%, IHSG (Indonesia) yang menghijau 0,7%. Serta KLCI (Malaysia) juga menguat 0,55%

Sedang indeks saham Asia lainnya terperosok di zona merah, yaitu Straits Times (Singapura) ambrol 1,01%, Kospi (Korea Selatan) yang merosot 0,89%, Shenzhen Comp. (China) turun 0,88%, Shanghai Composite (China) drop 0,73%, Hang Seng (Hong Kong) jatuh 0,67%, Nikkei 225 (Tokyo) melemah 0,63%, SETI (Thailand) turun 0,47%, dan TW Weighted Index (Taiwan) ambles 0,15%.

Kabar kurang menyenangkan datang dari Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) yang mengindikasikan suku bunga acuan Federal Funds Rate akan tetap tinggi dalam jangka waktu lebih lama dari perkiraan.

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, risalah menyarankan suku bunga bisa tetap pada level restriktif "Untuk beberapa waktu", sambil memberi sinyal bahwa pemotongan suku bunga acuan mungkin terjadi sebelum tutup tahun.

"Secara keseluruhan, ini adalah pembaruan hawkish dari The Fed," menurut Ian Lyngen di BMO Capital Markets. Meskipun "Nada pembaruan tampaknya diabaikan investor."

Risalah itu juga tidak menyatakan secara gamblang kapan Gubernur Jerome Powell dan kolega akan mulai menurunkan suku bunga acuan. Apalagi sejumlah peserta rapat menyebut ada risiko baru yang menghantui perekonomian Negeri Paman Sam.

“Beberapa peserta rapat menyatakan bahwa ada risiko jika permintaan tenaga kerja terus melemah. Ini bisa membuat pasar tenaga kerja berubah cepat dari perlambatan secara gradual menjadi lebih parah,” lanjut risalah itu.

(fad/aji)

No more pages