"Jadi kita melihat akan ada support dari dua hal itu kepada nilai tukar Rupiah," sambungnya.
Sebagai catatan, Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak melemah pada pembukaan perdagangan Selasa ini. Nilai tukar mata uang Rupiah terkoreksi tipis 0,02% ke level Rp16.694/US$ saat pembukaan pasar spot, berdasarkan data real time Bloomberg.
Ruang Pelonggaran BI Rate Hingga 50 Bps
Pada kesempatan tersebut, Rangga juga menilai Bank Indonesia (BI) masih memiliki ruang untuk melonggarkan kebijakan moneter pada 2026, termasuk menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) hingga 50 basis poin.
"Alasannya, yang pertama adalah kalau kita lihat pertumbuhan kredit itu masih cukup lemah dan masih di bawah target Bank Indonesia. Jadi pasti akan ada kebutuhan untuk mereka bisa mendorong pertumbuhan kredit," ungkapnya.
Selain itu, menurutnya kebijakan bank sentral AS (The Fed) untuk memangkas suku bunganya, juga akan jadi pertimbangan BI. "Mungkin saat ini market melihat 2 kali 25 basis point lagi sampai tahun depan, atau bahkan bisa lebih kalau ekonominya terbukti itu lebih lambat. Jadi ini pasti akan bisa men-trigger pemangkasan lebih lanjut oleh Bank Indonesia."
Dan terakhir inflasi inti yang sangat rendah, bahkan diperkirakan jauh di bawah 2% bila komponen emas dikeluarkan dari perhitungan.
"Nah sehingga dengan hal itu, dengan level sekarang di 4,75% (atau posisi BI Rate saat itu), harusnya BI masih mempunyai ruang untuk pemangkasan lebih lanjut," tuturnya.
Sebagai informasi saja, BI Rate sudah turun 125 basis poin (bps) sepanjang tahun ini. Suku bunga acuan menyentuh titik terendah sejak 2022.
(prc/roy)
