Dalam empat hari terakhir, indeks dolar turun di bawah 99,5 menjadi level terendah selama dua pekan, di tengah meningkatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed lebih lanjut. Ditambah, rumor Kevin Hasset yang menjabat Direktur Dewan Penasihat Ekonomi AS berpeluang menggantikan Jerome Powell sebagai pilot The Fed.
Dari pasar global, rilisnya riset dari Fitch Ratings terkait risiko gejolak politik masih berlanjut, khususnya di kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia. “Fitch Ratings meyakini gejolak politik akan menjadi risiko kredit bagi beberapa negara pasar berkembang pada tahun 2026, menyusul kerusuhan politik yang signifikan di Indonesia, Maladewa, Mongolia, Nepal, dan Filipina,” tulis laporan yang rilis kemarin (26/11/2025).
Fitch Ratings menekankan kinerja ekonomi akan terdampak oleh respon pemerintah dalam menahan gejolak melalui kelonggaran fiskal.
Kondisi Domestik
Kondisi domestik juga sedikit banyak mempengaruhi pasar untuk lebih berhati-hati. Kisruhnya persoalan impor beras ilegal lintas pemangku kepentingan dan isu ketahanan pangan menjadi salah satu beban yang menahan laju rupiah. Begitu juga terkait kekhawatiran ekspansi peran TNI yang menyatakan ketidakpastian tata kelola rumah tangga Indonesia.
Selain itu, penundaan rilis upah minimum pekerja (UMP) tahun 2026 dapat berkontribusi pada tingkat keyakinan konsumen. Sebagai catatan, keyakinan konsumen Indonesia sempat turun menjadi 115,0 poin pada September lalu. Meski kembali naik pada Oktober kemarin dan berada di angka 121,2 poin, namun kenaikan itu masih lebih rendah dari posisi keyakinan konsumen pada November tahun lalu, yang berada di posisi 125,9 poin, atau Desember tahun lalu yang berada di posisi 127,7 poin.
Sebagai gambaran, indeks keyakinan konsumen ini adalah rujukan untuk mengukur harapan konsumen tentang pendapatan saat ini dan ketersediaan pekerjaan, waktu yang tepat untuk membeli barang tahan lama, serta kondisi ekonomi umum.
(dsp/aji)

































