Dengan begitu, dia khawatir jika DMO emas diterapkan sementara kondisi tambang Freeport sudah kembali pulih, pasokan emas di Tanah Air akan menumpuk.
“Nah, kalau misalnya nanti ditetapkan DMO untuk emas, nanti kalau misalnya dua-duanya ini [produksi Antam meningkat, produksi Freeport pulih] gimana?" ucap Tri.
Harga Pasar
Lebih lanjut, Tri tidak menampik perusahaan-perusahaan emas telah menyarankan agar harga emas untuk DMO nantinya tetap mengikuti dan mengacu pada pergerakan harga pasar.
Akan tetapi, Tri menyebut pihak pembeli atau offtaker dari emas DMO tersebut—dalam hal ini Antam — belum tentu menyetujui harapan produsen emas agar harga tetap mengikuti pasar.
Dengan demikian, Tri mengaku masih mengkaji rencana penerapan DMO emas yang bisa menjadi jalan tengah bagi produsen dan offtaker, dan belum dapat mengungkapkan skemanya untuk saat ini.
Indonesian Mining Association (IMA) berharap jika skema DMO emas dilakukan di Indonesia, harga acuannya diharapkan berdasarkan harga logam mulia di pasaran.
Direktur Eksekutif IMA Hendra Sinadia menyatakan wacana penerapan DMO emas hingga kini masih dibahas oleh pemerintah, bersama-sama dengan pengusaha pertambangan.
Selain itu, Hendra juga menilai ada sejumlah opsi yang bisa ditempuh pemerintah selain menerapkan skema DMO jika ingin menjaga pasokan emas domestik, salah satunya melalui penerapan tarif bea keluar.
“Karena ada beberapa opsi sebenarnya untuk itu ya. Ada juga opsi pemerintah menerapkan biaya luar misalnya. Nah itu yang masih dibahas, tetapi intinya harapan pengusaha sih kalaupun diterapkan itu sebaiknya mempertimbangkan dengan harga pasar,” kata Hendra, di lokasi yang sama.
Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengamini terhentinya operasi tambang dan smelter milik PT Freeport Indonesia akibat insiden longsor Grasberg akan memengaruhi pasokan emas milik Antam.
Meski demikian, Bahlil belum dapat mengungkapkan solusi yang akan diambil oleh pemerintah untuk mengatasi hal tersebut. Dia juga belum dapat memastikan apakah wacana penerapan skema DMO untuk komoditas emas akan dilakukan atau tidak.
“Apa yang akan dilakukan? Ke depan kita lagi membahas, meng-exercise dengan Dirjen Minerba, langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk kemudian bisa mengoptimalkan kebutuhan daripada Antam terhadap emas itu sendiri,” kata Bahlil kepada awak media, Selasa (14/10/2025).
Bahlil menyatakan Freeport dan Antam telah memiliki kerja sama pembelian emas sebesar 30 ton. Akan tetapi, kondisi kahar yang terjadi di tambang Grasberg Block Cave (GBC) berpotensi membuat produksi emas Freeport menurun.
Dengan demikian, kebutuhan emas Antam juga berpotensi tak terpenuhi sebab pasokan dari Freeport berpotensi terganggu.
Direktur Utama Antam Achmad Ardianto mengatakan perseroan masih melakukan impor sekitar 30 ton emas untuk memenuhi permintaan domestik setiap tahunnya, sebagian besar impor emas dilakukan dari Singapura dan Australia.
“Produksi di dalam negeri 90 ton, sebagian dijual ke perusahaan perhiasan dan ada juga yang diekspor,” kata Ardianto dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI di parlemen, Jakarta, Senin (29/9/2025).
Hanya saja, dia membeberkan, kapasitas produksi emas perseroan sekitar 1 ton per tahun dari tambang bawah tanah Pongkor, Jawa Barat. Manajemen Antam pun menahan produksi pada level tersebut lantaran cadangan emas di Pongkor tinggal 5 ton.
Tambang emas Antam yang telah memasuki fase pascatambang itu diperkirakan memiliki sumber daya emas sekitar 26 ton.
"Jadi emas yang dihasilkan oleh Antam, ditambang oleh Antam, itu cuma 1 ton setahun. Sementara itu, kebutuhan masyarakat, tahun lalu 37 ton, sekarang 43 ton," tuturnya.
Selain impor, dia menerangkan, perseroan turut mendapat pasokan emas dari upaya pembelian kembali atau buyback logam mulia itu dari masyarakat, serta pembelian emas dari penambang lokal.
Adapun, Antam telah menekan perjanjian jual beli dengan PTFI sekitar 30 ton emas dari fasilitas precious metal refinery (PMR), bagian smelter katoda tembaga PTFI di Gresik, Jawa Timur.
Manuver itu makin krusial di tengah pendapatan Antam yang bertumpu pada penjualan emas. Sepanjang semester I-2025, penjualan emas melesat 163% secara tahunan menjadi Rp49,54 triliun, setara 84% dari total pendapatan perseroan.































