Negara lain yang masih terjebak di zona kontraksi adalah Vietnam, Malaysia, dan Indonesia, dengan Indonesia mencatat PMI terendah di kawasan pada Juni, yakni 46,9.
Data terbaru ini menjadi alarm bagi Asia, yang dikenal sebagai pusat manufaktur dunia, seiring berakhirnya masa tenggang tiga bulan untuk tarif timbal balik Trump pada 9 Juli mendatang. Washington berencana mengumumkan lebih banyak kesepakatan setelah libur Hari Kemerdekaan AS pada 4 Juli, yang akan melengkapi kerangka kesepakatan luas yang sebelumnya dicapai dengan China dan Inggris.
Meski begitu, ketidakpastian masih menyelimuti, terutama setelah Trump pada Senin kembali meningkatkan tekanan pada Jepang. Ia mengancam akan memberlakukan tarif baru dengan alasan Jepang menolak impor beras dari AS. Tanpa kesepakatan, tarif impor barang Jepang ke AS akan naik menjadi 24% mulai 9 Juli.
Kenaikan tarif ini diperkirakan akan menambah beban prospek Jepang, yang baru saja mencatat stabilisasi aktivitas manufaktur pada Juni. PMI Jepang naik ke 50,1, level tertinggi sejak Mei 2024, dan menandai kembalinya sektor ini ke zona ekspansi dengan optimisme pabrik terhadap prospek tahun mendatang.
Meski Jepang meningkatkan tenaga kerja dan produksi pada Juni, Fiddes menegaskan, “Kita perlu melihat perbaikan permintaan pelanggan yang berkelanjutan dan konsisten, yang saat ini masih tertekan oleh ketidakpastian terkait tarif AS, untuk mendukung pemulihan produksi yang berkelanjutan.”
(bbn)
