Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengeklaim kinerja ekpor perdagangan Indonesia masih tetap aman seiring dengan adanya konflik antara Iran dan Israel yang telah dimulai selama hampir dua pekan beberapa waktu lalu.

Busan, sapaan akrabnya, kinerja ekspor produk hingga komoditas dalam negeri justru masih mengalami kenaikan hingga saat ini.

"Tidak ada masalah. Sampai saat ini tidak ada pengaruh," ujar Busan kepada wartawan di Jakarta, dikutip Jumat (27/6/2025). "Ekspor kita tetap naik," sambungnya menegaskan.

Meski demikian, Busan mengatakan kinerja ekspor sempat mengalami koreksi pada April. Tetapi, itu bukan karena eskalasi konflik yang terjadi, melainkan banyaknya libur panjang seperti  libur lebaran di awal April ditambah perayaan cuti bersama yang mengekor setelahnya. Kemudian, kinerja ekspor juga sempat terguncang imbas adanya perang tarif oleh Amerika Serikat (AS).

"Libur panjang, jadi ekspor tertunda. Perusahaannya juga libur. Lalu kedua, saat itu kan lagi ramai tarif Trump [Presiden AS]. Jadi banyak yang menunda karena minta kepastian," tutur dia.

Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya melaporkan bahwa surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai US$4,9 miliar sepanjang Mei 2025.

Angka tersebut meningkat 2.962% secara bulanan (month-to-month/mtm) dibandingkan dengan surplus neraca perdagangan US$160 juta pada April 2025, sekaligus surplus bulanan terbesar di Tanah Air selama lebih dari dua tahun.

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya melaporkan surplus neraca perdagangan Indonesia tercatat sebesar US$160 juta per April 2025, sekaligus menjadi yang terendah secara bulanan (month-to-month/mtm) sejak Mei 2020 atau dalam 5 tahun terakhir.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan, penyebab utama susutnya surplus neraca dagang tersebut karena penurunan nilai ekspor 10,77% dibandingkan dengan Maret 2025 dan peningkatan impor 8,8% (mtm).

Meski demikian, lanjut dia, neraca dagang RI masih surplus selama 60 bulan berturut-turut sejak Mei 2020, yang masih ditopang oleh komoditas nonmigas, meliputi bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewani atau nabati, serta besi dan baja.

(ell)

No more pages