Bloomberg Technoz, Jakarta - Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin membeberkan fakta mengejutkan bahwa setiap 5 menit, terdapat 2 orang di Indonesia meninggal dunia akibat tuberkulosis (TBC).
“Setiap lima menit ada dua yang wafat. Kita bicara di acara ini, yang wafat karena TBC mungkin sudah 20 lebih,” ungkap Budi, dilansir siaran pers Kementerian Kesehatan RI, Kamis (12/06).
Untuk diketahui, TBC adalah penyakit menular yang dapat disembuhkan, namun masih menjadi penyebab kematian paling tinggi di Tanah Air. Budi juga menekankan pentingnya deteksi dini serta pengobatan hingga tuntas sebagai kunci pengendalian penyakit tersebut.
“Masalahnya, selesainya (konsumsi obat) itu enam bulan. Minumnya setiap hari, pilnya banyak, lebih dari empat. Tapi kita sabar tidak apa-apa daripada tidak sembuh,” kata dia.
Kemudian Budi menegaskan ada 4 langkah penting yang harus dilakukan masyarakat untuk menghentikan penyebaran TBC. Antara lain menemukan pasien, memastikan segera minum obat, menyelesaikan pengobatan, dan memberikan terapi pencegahan bagi kontak erat.
“TBC itu begitu ketahuan, dikasih obat, dia berhenti kok penularannya. Obatnya ada, dan kalau selesai, dia sembuh. Agar mereka bisa kembali sebagai anggota masyarakat kita,” terang Budi.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Pengendalian Pembangunan dan Investigasi Khusus (Bappisus) Aries Marsudiyanto mengatakan pentingnya peran masyarakat dalam mencegah penyebaran TBC.
Sebagai informasi, pemerintah memiliki Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang dapat dimanfaatkan untuk penanganan TBC. Aries pun mengajak seluruh masyarakat untuk menerapkan prinsip Temukan Obati Sampai Sembuh (TOSS), serta saling mengawasi dan menjaga sesama.
“TOSS itu kewajiban kita semua. Kalau ada anak, istri, saudara, tetangga yang gejalanya mirip, segera laporkan agar bisa diobati sampai sembuh,” ujar dia.
Selain itu, Aries juga mengingatkan agar masyarakat tak termakan hoaks terkait vaksin maupun pengobatan dari pemerintah. Menurut dia, ketakutan dan stigma sosial sering menjadi hambatan utama dalam penanganan TBC, misalnya banyak penderita yang enggan melapor karena malut.
Kementerian Kesehatan RI menemukan kasus TB di tahun 2024 sebanyak 856 ribu lebih kasus, di 2025 akan menargetkan penemuan kasus sebanyak 981 ribu.
Kemudian pengobatan kasus TB di tahun 2024 sudah mencapai target di angka 788 ribu lebih, di tahun 2025 akan digenjot menjadi 931 ribu, 90% dari total target penemuan kasus yakni 981 ribu kasus.
Anggaran penanganan TBC naik Rp200 M
Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) mengungkap anggaran penanggulangan tuberkulosis (TB/TBC). Anggaran tahun 2025 kini disediakan Rp2,4 triliun, tentunya bila dibandingkan anggaran naik Rp200 miliar dari tahun 2024 sebesar Rp2,2 triliun.
“Secara anggaran ada kenaikan sedikit dari 2024, (bertambah sekitar) Rp200 miliar di tahun 2025,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal (Dirjen) Penanggulangan Penyakit Kemenkes Murti Utami dalam Rapat Panitia Kerja (Panja) Pengawasan Mengenai Jaminan Kesehatan Nasional bersama Komisi IX DPR RI di Jakarta, dikutip Jumat (09/05).
Murti menjelaskan kenaikan anggaran ini dilatarbelakangi adanya hibah dari Badan Bantuan Internasional Amerika Serikat (USAID) berupa alat skrining tuberculosis (TB) yakni portable X-Ray untuk menemukan kasus TB, dengan total 24 alat yang akan disebar di RS TNI/Polri.
Sedangkan hibah alat dari Global Fund memberikan sebanyak 27 unit yang akan disebar ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD).
“Nah ini anggaran yang cukup signifikan di sini adalah hibah pengadaan alat dan beberapa alat yang mungkin akan kita penuhi, seperti alat pemeriksaan biomolekuler yang harus kita penuhi di Puskesmas," ujarnya.
(far/spt)