Bloomberg Technoz, Jakarta – Deputi Bidang Infrastruktur Dasar Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Rachmat Kaimuddin, memproyeksikan adopsi kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) tahun ini berpotensi mencapai 100.000 unit.
Bahkan, pada tahun berjalan sampai dengan pertengahan April 2025, penjualan EV sudah tembus di angka 16.000 unit.
“Periode 2025 ini first half saja sudah 16.000 unit. Jadi kita sih cukup optimistis ya mudah-mudahan mungkin tahun ini harapan saya ya, kalau kita lihat trennya bisa mungkin bisa 100.000 unit,” kata Rachmat ditemui di sela acara RE: Invest Indonesia, Kamis (24/4/2025).
Optimisme itu tak lepas dari realisasi penjualan mobil listrik pada 2024 yang meroket sekitar 152,94% secara tahunan.
Dia memerinci pada 2021 misalnya, penjualan mobil listrik di Indonesia hanya sekitar 680 unit. Lalu pada 2022, angkanya meroket ke kisaran 10.00 unit, pada 2023 menjadi 17.000 unit, dan terakhir pada 2024 sebanyak 43.000 unit.
Dia menjelaskan dengan capaian tersebut, Rachmat menilai perkembangan adopsi EV di Tanah Air sudah berada di level progresif. Untuk itu, dia berharap masyarakat dapat mengadopsi EV sampai dengan 10% dari keseluruhan kendaraan yang beredar di Indonesia.
“Kalau kita lihat di China yang sangat maju ya industrinya, EV-nya itu begitu dia sampai sekitar 10% ke atas growth-nya itu bisa langsung 20%, 30%, 40%. Jadi harapan kita tentunya ini bisa kita juga nikmati di Indonesia,” ujarnya.
Lebih lanjut, Rachmat mengatakan pesatnya pertumbuhan adopsi EV di Indonesia juga akan berpengaruh terhadap beberapa sektor lain mulai dari pertumbuhan ekonomi melalui industrialisasi sampai dengan menjaga ketahanan energi nasional.
Dengan mengadopsi EV sebagai kendaraan, kata dia, akan dapat mengurangi penggunaan kendaraan bahan bakar fosil. Dengan demikian juga akan mengurangi penggunaan bahan bakar minyak (BBM) yang mayoritas bukan diproduksi dalam negeri.
“Karena kita impor 60% minyak, jadi BBM kita import banyak. Kalau kita shift ke listrik, semua listrik itu bikinnya dari lokal, domestic energy, mau dari EBT termasuk batu bara itu semua domestik,” tutur dia.
Di sisi lain, Rachmat turut berkomentar mengenai LG Energy Solution Ltd (LGES) di proyek Titan, usaha patungan baterai dengan Indonesia Battery Corporation (IBC) tidak akan berpengaruh terhadap ekosistem EV khususnya hilirisasi nikel di Indonesia.
Dia meyakini, masih banyak produsen baterai lain yang tertarik untuk menggunakan sumber daya nikel milik Indonesia. Proyek hilirisasi nikel tak boleh terpengaruh sedikitpun oleh keputusan LG yang mencabut sebagian investasinya di Tanah Air.
Pemerintah bakal mendukung penuh perusahaan manapun yang nantinya bakal menggantikan peran dari perusahaan asal Negeri Ginseng tersebut.
"Kalau dari kita, kita perlu melanjutkan hilirisasi nikel. Hilirisasi nikelnya ke depan kita lihat dari mana, kita lihat siapa saja produsen baterai yang kuat, itu perlu kita dukung bersama," ucapnya.
Pemerintah, terangnya, bakal menjamin proses transisi ataupun perpindahan investor bakal berjalan dengan lancar. Terlebih, sebagian dari proyek besar tersebut sudah berhasil dilaksanakan dan mulai berproduksi.
"Sisanya akan terus kami kawal hingga tuntas sesuai target. Tidak ada yang berubah dari tujuan awal, yaitu menjadikan Indonesia sebagai pusat industri kendaraan listrik dunia," imbuhnya.
(mfd/wdh)