Untuk menyatukan sistem yang ada, IHC telah melakukan pendataan dan penyederhanaan sistem di tiap rumah sakit.
“Saat ini kami sedang dalam tahap integrasi, terutama di rumah sakit besar seperti Bali International Hospital yang menjadi prioritas karena baru beroperasi,” jelasnya.
Sejak pandemi COVID-19, IHC telah mengembangkan layanan telemedicine yang memungkinkan konsultasi jarak jauh antara dokter dan pasien.
“Layanan ini sangat membantu saat pandemi karena banyak orang takut datang ke rumah sakit. Namun, sekarang penggunaannya menurun karena masyarakat Indonesia lebih suka bertemu langsung dengan dokter,” ujarnya.
Lia mencatat bahwa saat ini, penggunaan telemedicine di IHC hanya sekitar 3-5% dari total layanan, turun dari sekitar 20% pada masa pandemi. Meski demikian, layanan ini tetap dimanfaatkan di daerah terpencil dan untuk kebutuhan kesehatan kerja.
Selain digitalisasi, IHC juga menerapkan berbagai langkah efisiensi guna mengurangi biaya operasional tanpa mengorbankan kualitas pelayanan.
“Digitalisasi membantu mengurangi kesalahan, memotong birokrasi, dan meningkatkan efisiensi SDM,” jelas Lia.
Dalam hal ekspansi, IHC terus menambah fasilitas kesehatan baru. Tahun ini, Bali International Hospital menjadi proyek terbaru yang dikembangkan, setelah sebelumnya membuka rumah sakit di Panorama Balikpapan pada 2023.
“Di Ibu Kota Nusantara (IKN) sendiri, kami tidak membuka rumah sakit baru karena di sana sudah banyak fasilitas kesehatan,” tambahnya.
Dengan berbagai langkah transformasi ini, IHC berharap dapat meningkatkan daya saing dan efisiensi layanan kesehatan di Indonesia, sekaligus memperkuat posisinya sebagai holding rumah sakit BUMN yang siap melantai di bursa.
(dhf)





























