Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Kasus penganiayaan Mario Dandy terhadap David Ozora berbuntut panjang. Warganet Indonesia kemudian menguliti sisi kehidupan pribadi Mario dan keluarganya. Sang ayah Rafael Alun Trisambodo merupakan level pejabat eselon 3 pegawai negeri sipil (PNS) di Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan.

Mario kerap memamerkan gaya hidup mewah lewat platform media sosial. Kendaraan mewah menjadi salah satu yang dipertontonkannya di dunia maya. Efek penularan pun menyebar. Berbagai akun keluarga pejabat yang kerap pamer alias flexing gaya hidup jetset menjadi sorotan hingga bulan-bulanan warganet.

Maklum saja, harga barang-barang mewah yang diperlihatkan memang selangit. Publik sulit menerima pegawai negeri dengan berbagai gaji dan tunjangannya bisa membeli produk-produk kelas atas tersebut.

Merek-merek seperti Gucci, Chanel, Prada, Louis Vuitton berbentuk busana, tas hingga aksesoris keluarga pejabat negara juga menjadi bidikan netizen. Harga barang-barang ini jelas memang mahal, sangat sulit dijangkau dengan mengandalkan penghasilan rakyat kebanyakan.

Tas tangan di etalase toko Chanel SA di distrik Ginza Tokyo, Jepang. (Kiyoshi Ota/Bloomberg)

Erwan Rambourg, Global Head of Consumer & Retail Research di HSBC pernah menulis buku berjudul Future Luxe. Dalam buku tersebut, Rambourg mengkategorikan produk-produk mewah dalam sebuah piramida sebagai berikut:

Sumber: Future Luxe (Erwin Rambourg)

Dengan mengambil contoh salah satu jenis tas Prada misal harganya bisa lebih dari US$ 1.500. Dengan kurs saat ini maka setara dengan Rp 22,4 juta. 

Sementara untuk brand tas Hermes, varian-varian Birkin dan Kelly bisa ratusan juta rupiah artinya harganya lebih mahal lagi. 

Membeli Merek

Namun apakah harga produk-produk luxury itu sebenarnya sepadan dengan harganya? Apakah dari sisi material yang digunakan memang premium sehingga mampu menjustifikasi harga?

Memang tidak sedikit produk-produk kelas atas yang menggunakan bahan baku eksotik. Misalnya tas atau ikat pinggang yang terbuat dari kulit reptil asli dari kulit buaya, ular, kadal. Harga kulit eksotik lebih mahal ketimbang kulit sapi.

Akan tetapi, adalah brand equity yang kerap kali menentukan harga. Konsumen harus membayar untuk menikmati merek. Dengan kakualitas kadang menjadi nomor dua.

Toko Louis Vuitton di Somerset Collection Mall, Troy, Michigan, AS. (Matthew Hatcher/Bloomberg)

Contohnya, jam tangan Seiko dengan gerakan (movement) 4R35. Ketika movement itu dipakai di Seiko Prospex ‘Samurai’ maka harganya minimal di kisaran Rp 4 juta.

Namun ketika movement 'keluar masuknya barang' yang sama dipakai di jam lain (namanya berubah menjadi NH35) maka harganya bisa turun hingga ke sekitar Rp 1 juta seperti yang terjadi pada jam tangan made in China seperti Pagani Design, Loreo, Cadisen, Star King dan lainnya itu.

Bahan yang dipakai produk-produk China ini padahal sama dengan Seiko yaitu besi tanpa karat (stainless steel) 316L. Bahkan produk China secara material bisa saja lebih unggul antara lain dengan penambahan kristal berbahan safir. Namun brand alias merek sekali lagi membuktikan bisa menjadi penentu harga dalam jumlah yang signifikan.

(aji)

No more pages