Logo Bloomberg Technoz

Moshe menggarisbawahi terdapat investor yang tidak senang dengan skema tender, sebab banyak proyek-proyek di negara lain yang juga menarik untuk dilirik oleh investor.

Apalagi, investor tersebut mengeluarkan biaya yang mencapai miliaran dolar Amerika Serikat (AS), sehingga Moshe menilai pencarian investor melalui tender tidak masuk akal.

“Jadi proses tender malah membuat investasi terhambat,” ujarnya.

Proses tender, kata Moshe, juga justru bakal menimbulkan munculnya investor yang tidak andal untuk menggarap proyek hulu migas dan kilang di Tanah Air. 

BUMN migas Rusia, Zarubezhneft./dok. Zarubezhneft


Saling Menguntungkan

Kedua, syarat dan ketentuan dalam investasi harus menguntungkan kedua belah pihak. Terlebih, besar kemungkinan penyebab banyaknya investor yang hengkang adalah karena syarat dan ketentuan dalam investasi hanya menguntungkan salah satu pihak.

“Saran saya pemerintah dan Pertamina harus jauh bisa fleksibel jangan hanya memikirkan diri sendiri. Kalau kita dalam suatu deal, investasi besar, kita harus win-win, jangan mau menang sendiri. Itu saya rasa pelajaran yang bisa didapatkan dari deal sebelumnya,” imbuhnya.

Dalam kaitan itu, Indonesia harus mendengar keinginan dari masing-masing investor karena mereka memiliki karakteristik yang berbeda. 

Adapun, pernyataan ini diberikan untuk menanggapi ketidakpastian rencana investasi proyek migas Rusia di Indonesia yang hingga kini masih belum menemui kejelasan, setelah Moskwa terlibat konflik dengan Ukraina sejak Februari 2022. 

Terlebih, kata Moshe, banyak investor dari proyek hulu migas dan kilang yang sebelumnya hengkang. Misalnya, PT Pertamina (Persero) yang sebelumnya kehilangan calon mitra untuk proyek pengembangan kilangnya, kali ini untuk proyek ekspansi atau Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan, Kalimantan Timur.

Untuk diketahui, investasi hulu migas pada 2024 ditargetkan senilai US$17,7 miliar (sekitar Rp275,48 triliun), naik 29% dari realisasi sepanjang tahun lalu.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melaporkan, sampai dengan 31 Desember 2023, investasi hulu migas mencapai sebanyak US$13,7 miliar, naik 13 dari realisasi 2022.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan capaian tersebut lebih tinggi 5% dari long term plan (LTP) atau rencana jangka panjang, serta di atas tren investasi E&P global.

Akan tetapi, kata Dwi, capaian investasi hulu migas 2023 masih terkendala pengeboran sumur pengembangan karena isu safety stand-down; ketersediaan rig dan tenaga kerja, serta banjir di lokasi.

“Jadi [target investasi hulu migas tahun ini] akan ada kenaikan signifikan. Mudah-mudahan semuanya berjalan baik, khususnya dengan proyek besar yang akan berjalan pada 2024. Kalau melihat ini [capaian tahun lalu], rasanya kami optimistis bahwa dunia tertarik dengan Indonesia. Tentu saja sangat dibutuhkan ketersediaan rig dan sebagainya,” ujarnya dalam paparan realisasi kinerja hulu migas 2023, Jumat (12/1/2024).

Adapun, total bagian negara atau penerimaan pada 2023 dari sektor hulu migas mencapai US$14,6 miliar (sekitar Rp227,25 triliun). 

(dov/wdh)

No more pages