Logo Bloomberg Technoz

Ini merupakan penembakan rudal kedua yang dilakukan oleh rezim Kim Jong Un tahun ini, setelah pada pertengahan Januari satu rudal jarak menengah ditembakkan dengan sasaran basis militer AS di Asia. 

Media pemerintah Korea Utara mengatakan negaranya menembakkan rudal  "hipersonik" dan mengisyaratkan penggunaan kendaraan baru untuk membawa kepala nukklir yang bisa mengubah sasaran dalam kecepatan tinggi itu. 

Kim Jong Un dan media pemerintahnya sering mengemukakan kemarahan kepada AS dan Korea Selatan. Pemimpin Korea Utara itu mengatakan upaya penyatuan kembali dengan cara damai tidak lagi akan dilakukan dan mencabut konsep itu dari UUD negara tersebut. 

Sebelum peluncuran rudal ini, Kim memimpin latihan militer yang meliputi penembakan senjata dari unit artileri yang bisa menyasar Seoul, menghadiri latihan simulasi, menyerang pos penjaga perbatasan Korea Utara, dan naik tank model terbaru yang diproduksi negaranya. 

Langkah-langkah peningkatan ancaman pada negara tetangganya itu dilakukan berbarengan dengan latihan bersama militer AS dan Korea Selatan. 

AS dan Korea Selatan mengakhiri latihan tahunan militer Freedom Shield pada 14 Maret. Latihan itu meliputi angkatan darat, laut dan udara untuk mengatasi ancaman dari Korea Utara. Pyongyang sejak lama menentang latihan bersama itu dan menganggapnya sebagai awal dari invasi. 

Kim Jong Un mengatakan memiliki hak legal untuk menghancurkan Korea Selatan. Dia juga tidak memperlihatkan niat kembali ke perundingan pelucutan senjata nuklir yang terhenti dan memamerkan serangkaian senjata baru yang dirancang untuk melakukan serangan nulir ke AS dan sekutunya di Asia. 

Perilaku ini menimbulkan spekulasi bahwa Kim sudah tidak lagi hanya marah-marah saja dan kini siap untuk berperang. Presiden AS Joe Biden memperingatkan Kim Jong Un bahwa rezimnya akan berakhir jika mencoba melakukan serangan nuklir. 

(bbn)

No more pages