Bloomberg Technoz, Jakarta - Dana pensiun yang dikelola pemerintah Jepang The Government Pension Investment Fund (GPIF) dikenal sebagai dana pensiun terbesar di dunia, mengalami kerugian sebesar 1% selama kuartal IV-2022, sebesar 1,85 triliun yen atau US$ 14 miliar, setara dengan Rp 208,6 triliun. Penurunan itu menyeret nilai kelolaan aset GPIF ke posisi 189,9 triliun yen. Kerugian pada kuartal akhir tahun lalu membawa GPIF memecahkan rekor penurunan terpanjang selama empat kuartal berturut-turut, terburuk dalam dua dekade.
Pengelola GPIF mengungkapkan, kepemilikan saham Jepang pada periode tersebut naik 3,2% sedangkan utang domestik menurun 1,7%. Portofolio ekuitas asing menurun 0,05% sedangkan obligasi luar negeri juga turun 5,3%.
Dollar AS yang sempat menjadi salah satu andalan kinerja GPIF, juga mengalami penurunan terbesar terhadap yen sejak 2008, sehingga menyeret turun nilai aset asing yang mendominasi separuh dari portofolio dana pensiun tersebut. Sementara itu, kepemilikan utang Jepang menutup kerugian lima kuartal berturut-turut setelah Bank of Japan tiba-tiba merevisi kebijakan moneternya pada akhir tahun lalu.

“Investasi mereka terpukul oleh kenaikan bunga serta yen yang menguat. Namun, tidak ada pilihan selain tetap berpegang pada portofolio dasar,” kata Hidenori Suezawa, analis SMBC Nikko Securities.
GPIF kemungkinan akan menjual saham asing dan domestik serta membeli obligasi selama kuartal terakhir lalu untuk menyeimbangkan nilai portofolionya.
Indeks MSCI All Country World dari saham-saham global juga indeks S&P 500 masing-masing naik 7% selama periode Oktober hingga Desember. Adapun Topix indeks menguat 3%. Imbal hasil surat utang AS 10 tahun naik hampir 5 basis poin selama periode yang sama sementara bunga acuan Jepang melompat 17 basis poin, terbesar sejak 2019.
Terlepas dari dampak kebijakan moneter terhadap obligasi domestik, dana pensiun ini menilai tidak perlu mengubah alokasi portofolionya, kata Presiden GPIF Masataka Miyazono, bulan lalu. Ia bilang, pergerakan bunga acuan dan imbal hasil obligasi masih sejalan dengan simulasi mereka.
Yang pasti, kerugian pada kuartal akhir tahun lalu menjadi serial kerugian terpanjang sejak dana pensiun pernah mengalami penurunan empat kuartal berturut-turut pada 2003 silam.
(bbn)