Logo Bloomberg Technoz

Akan tetapi, memasuki pekan kedua Desember, narasi itu agaknya mulai sedikit goyah. Investor global meragukan apakah pemangkasan agresif benar-benar akan terjadi, terutama di tengah inflasi AS yang belum sesuai target, serta adanya ketidakpastian politik jelang pergantian ketua The Fed. 

Alhasil, dolar AS pun bangkit. Kemarin, Dollar Index ditutup menguat 0,12% ke 99,106.

Situasi ini langsung merembet ke pasar Asia. Beberapa mata uang regional sudah menunjukkan sinyal kemerahan, dipimpin oleh baht Thailand yang tergerus 0,18%, lalu ringgit Malaysia 0,1%, won Korea Selatan 0,10%, dan dollar Singapura 0,02%. 

Tren ini menunjukkan bahwa beban yang menimpa rupiah adalah gelombang global yang juga membayangi pasar regional.

Sentimen yang Membayangi Rupiah

Dari eksternal, rupiah akan menghadapi kebangkitan dolar AS, kenaikan yield US Treasury, serta ketidakpastian arah The Fed akibat dinamika politik AS. Yield UST 10 tahun tercatat naik 12 basis poin menjadi 4,16% sepanjang pekan terakhir. 

Melansir Bloomberg News, kenaikan UST belakang ini, bahkan ketika The Fed sedang memangkas bunga, merupakan anomali yang jarang terjadi sejak 1990-an. 

Sementara dari domestik, pasar masih menanti arah kebijakan yang koheren dari otoritas domestik. Hal ini tercermin dari pasar obligasi domestik yang menunjukkan naiknya tingkat kewaspadaan investor. 

Analisis Teknikal Rupiah Selasa 9 Desember 2025 (Sumber: Tim Riset Bloomberg Technoz, diolah)

Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), rupiah berpotensi kembali melemah. Target pelemahan menuju level Rp16.700/US$ yang merupakan support pertama. Support selanjutnya ada di Rp16.740/US$.

Apabila break kedua support tersebut, maka rupiah berisiko melemah menuju level Rp16.800/US$.

Namun jika rupiah menguat hari ini, maka resistance menarik dicermati ada di level Rp16.650/US$. Resistance potensial hingga Rp16.600/US$.

- Dengan asistensi M Julian Fadli -

(riset/aji)

No more pages