Sejatinya fundamental rupiah cukup kuat. Ini terlihat dari arus modal yang masih mengalir ke pasar keuangan Indonesia.
Di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) untuk tenor 10 tahun turun (lagi) 0,5 basis poin (bps) menjadi 5,95%. Kemudian tenor satu tahun turun 3 bps menjadi 4,791%, lima tahun turun 0,5 bps ke 5,333%, tenor 20 tahun turun 0,7 bps ke 6,544%, mengacu data OTC real time Bloomberg pagi hari ini, pukul 9:10 WIB.
Penurunan yield menandakan harga obligasi sedang menguat karena tingginya permintaan.
Riset Mega Capital Sekuritas menilai pasar SUN menikmati bullish reli yang semakin kuat kemarin, terutama pada tenor–tenor panjang. Kelebihan likuiditas yang dirasakan oleh sistem perbankan telah menyebar ke sektor keuangan lainnya, yang mendorong permintaan terhadap aset-aset berimbal hasil tinggi capai 7%.
“Kami berpendapat turunnya yield 10Y SUN lebih rendah dari 6% harus didukung oleh penurunan yield UST yang sepadan. Hal tersebut ternyata terjadi lebih cepat akibat surplus fiskal pemerintah federal AS pada bulan September, yang menyebabkan bullish rally di pasar US Treasury dengan pola bullish steepening,” ungkap riset itu.
Momentum ini membuka peluang jangka pendek bagi yield 10Y SUN dan INDON turun menuju rentang 5,90–5,95% dan 4,85–4,90% hari ini dengan rupiah stabil dalam rentang Rp16.500 – 16.600 per US$ akibat turunnya indeks dolar -0,5% menjadi 98,3 semalam.
(fad)































