Logo Bloomberg Technoz

Butuh Tahunan

Menurut Hadi, pembangunan kilang modular bisa memakan waktu hingga 2 tahun. Dia menyarankan pemerintah tetap mengimpor komoditas energi dari AS meskipun kilang yang digunakan untuk mengolah minyak AS belum rampung dibangun.

Dalam pandangannya, fasilitas blending di kilang milik PT Pertamina (Persero) telah memiliki kemampuan untuk menyesuaikan minyak mentah milik AS dengan spesifikasi kilang Tanah Air.

“Jika beda, maka Pertamina itu sudah punya fasilitas blending untuk mencapai karakteristik tertentu,” kata Hadi.

Hadi menilai kilang-kilang modular yang bakal dibangun khusus mengolah minyak mentah dari AS tersebut tak akan mangkrak meskipun kesepakatan dagang dengan AS telah berakhir. 

Kilang-kilang modular tersebut tetap bisa digunakan mengolah pasokan minyak dari negara yang lebih dekat dengan Indonesia seperti negara di Asia dan Timur Tengah, dengan catatan kilang itu didesain untuk menerima berbagai jenis minyak.

Hadi menyebut kilang modular dapat didesain untuk menerima berbagai jenis minyak mentah dengan berbagai tingkat keenceran atau API gravity;  di mana teknologi tersebut menurutnya sudah bisa dibangun di Tanah Air.

“Gunanya antisipasi untuk compatible dengan multi source tidak hanya dari AS saja. Engineer kita sudah cukup canggih untuk mendesain hal hal seperti itu,” kata dia.

Lebih lanjut, kata Hadi, kilang modular bersifat fleksibel yakni dapat dibongkar dan dipindahkan ke suatu lokasi. Walhasil, ketika kesepakatan dagang dengan AS usai, Hadi mendorong pemerintah untuk memanfaatkan kilang tersebut ke lapangan minyak yang baru ditemukan namun belum dikembangkan.

Dia menjelaskan cukup banyak lapangan minyak di Indonesia yang berpotensi memiliki cadangan, tetapi tidak cukup besar untuk menarik investasi jika harus membangun infrastruktur besar secara permanen. 

Untuk itu, ia mendorong pemerintah memindahkan kilang modular tersebut ke lokasi-lokasi terkait jika kesepakatan dagang dengan AS telah usai dan kilang tersebut tidak efektif berproduksi.

“Selain itu kilang-kilang ini masih bisa dibongkar–pasang untuk dipindahkan ke lapangan discovery undeveloped, yang mungkin saat ini marginal keekonomiannya, dengan modular kilang hulu hilir satu paket, diharapkan keekonomian membaik,” ucap dia.

Kilang minyak./Bloomberg-Sebastian Castaneda

Untuk diketahui, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengonfirmasi proyek 17 kilang modular, yang melibatkan BPI Danantara dengan menggandeng AS, memang disiapkan untuk menyokong proyek kilang berkapasitas 1 juta barel.

Bahlil menegaskan proyek, yang dikabarkan melibatkan KBR Inc. (sebelumnya Kellogg Brown & Root), tersebut digagas usai Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Hilirisasi mengkaji kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) dan produk turunannya di Indonesia.

Dalam kajian itu, Satgas Hilirisasi merekomendasikan agar Indonesia membangun kilang baru untuk mencukupi kebutuhan BBM di Tanah Air. Apalagi, kilang eksisting di Indonesia baru bisa memasok sekitar 30%—40% dari total kebutuhan BBM Indonesia.

“Oh Danantara itu. Itu hasil daripada Satgas Hilirisasi. Salah satu yang kita kaji kita harus punya refinery, karena refinery kurang lebih sekitar 30%—40% dari total kebutuhan kita, selebihnya kita impor. Kemudian kita bilang kita harus membangun refinery baru,” kata Bahlil kepada awak media di Kantor Kementerian ESDM, Selasa (29/7/2025).

“Iya, iya,” tegasnya saat diminta konfirmasi apakah 17 kilang modular tersebut sama dengan proyek kilang 1 juta barel di 18 lokasi yang memang sedang direncanakan pemerintah.

Lokasi Domestik

Dalam kesempatan terpisah, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto menegaskan 17 kilang modular tersebut akan dibangun di Tanah Air.

Bagaimanapun, dia memang belum dapat mengungkapkan detail lokasi pembangunan dari 17 kilang yang direncanakan mengolah minyak mentah hasil impor dari AS tersebut.

“Kita tidak membangun refinery di Amerika, tetapi membangun refinery di Indonesia. [Sebanyak] 17 unit refinery di Indonesia, sifatnya small refinery,” kata Airlangga dalam Investor Daily Round Table Talk, disiarkan secara daring, dikutip Selasa (29/7/2025).

Airlangga menyebut Indonesia tidak akan membeli kilang secara utuh dari AS, melainkan hanya memboyong jasa dan paket pengerjaan berupa engineering, procurement, and construction (EPC). Nantinya, perlengkapan konstruksi kilang dan teknologinya akan dibangun langsung di Tanah Air.

Di lain sisi, CEO Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantra Rosan Perkasa Roeslani mengonfirmasi 17 kilang modular yang akan dibangun direncanakan untuk mengolah minyak mentah yang akan diimpor dari Negeri Paman Sam.

Terlebih, sebelumnya pemerintah berkomitmen mengimpor minyak mentah (crude), impor gas minyak cair atau liquified petroleum gas (LPG), hingga bahan bakar minyak (BBM) jenis bensin senilai total US$15 miliar.

“Karena kalau kita lihat salah satu di dalam kesepakatan itu kan kita akan melakukan impor dari crude oil ke Indonesia, yang tentunya kan itu perlu ada refinery.

(azr/wdh)

No more pages