Logo Bloomberg Technoz

"Ruang permintaan sempit ini akan semakin terbuka lebar bagi produk dalam negeri ditengah tekanan penurunan daya beli masyarakat," tuturnya.

Namun, kebijakan tersebut saat ini telah menemui titik terang. Kementerian Perdagangan sebelumnya resmi menghapus dan akan mengganti aturan yang sebelumnya menjadi masalah utama makin maraknya produk impor tersebut.

Tetapi, aturan pengganti yang diumumkan pada Senin lalu baru dapat dirasakan pada dua bulan atau 60 hari mendatang, bersamaan dengan dimulainya pemberlakuan aturan tersebut.

"Perusahaan industri terutama, industri TPT [tekstil dan produk tekstil] dan industri Pakaian Jadi bersabar menunggu dampak pemberlakuan kebijakan ini. Pengumuman kebijakan ini tentu sinyal positif."

Kemudian, lanjut dia, industri kini juga tengah menunggu penetapan kebijakan perubahan pelabuhan masuk (entry port) untuk produk impor jadi. Itu lantaran selama ini produk impor jadi berharga murah masuk melalui berbagai pelabuhan Indonesia. 

Adanya pembatasan entry port ini, diharapkan dapat  mengurangi gempuran produk impor jadi berharga murah, yang sekaligus akan meningkatkan permintaan domestik produk dalam negeri. 

"Kebijakan ini akan mampu meningkatkan permintaan utilisasi industri yang memproduksi produk yang bersaing ketat dengan produk impor murah,” tutur Febri.

Selasa kemarin, S&P Global dalam rilis terbarunya melaporkan aktivitas manufaktur Indonesia yang diukur melalui Purchasing Managers’ Index (PMI) yangberada di level 46,9 untuk periode Juni, turun 0,5 poin dibanding bulan sebelumnya atau Mei.

PMI di bawah 50 menunjukkan aktivitas yang berada di zona kontraksi, bukan ekspansi. Sejak April, skor PMI manufaktur Indonesia juga selalu di bawah 50.

“Aktivitas pasar lesu, klien menahan diri untuk melakukan pemesanan. Penurunan ini lebih didorong oleh penjualan domestik, karena di sisi ekspor tidak ada perubahan,” ungkap laporan S&P Global.

Penurunan pemesanan tersebut turut membuat produksi ikut berkurang. Kapasitas produksi pun terpangkas, dan dunia usaha harus mengurangi penyerapan tenaga kerja. Laju penurunan tenaga kerja juga jadi yang tercepat dalam hampir 4 tahun.

Usamah Bhatti, Ekonom S&P Global Market Intelligence juga mengatakan, level optimisme terkait prospek 12 bulan mendatang juga mulai menurun dan kini berada di bawah rata-rata. 

Level keyakinan dunia usaha juga menjadi yang terendah sejak Oktober tahun lalu karena sejumlah perusahaan khawatir dengan perkembangan ekonomi global.

“Penurunan pemesanan membuat dunia usaha mengurangi karyawan dan pembelian bahan baku. Ke depan, kini dunia usaha menjadi kurang bullish. Keyakinan dunia usaha jatuh ke level terlemah dalam 8 bulan,” papar dia.

(ell)

No more pages