Bloomberg Technoz, Jakarta - Danantara mulai menjajaki proyek untuk memutar dana yang telah diperoleh dari dividen BUMN. Usai mengesahkan komitmen awal investasi untuk pabrik PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), lembaga yang dipimpin oleh Rosan Roeslani itu kini dikaitkan dengan PT Sentul City Tbk (BKSL).
Berdasarkan informasi dari pelaku pasar yang mengetahui rencana ini mengatakan, Danantara, perusahaan asal China, dan BKSL akan bersama-sama menggarap proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), dengan BKSL sebagai pihak yang turut menyediakan lahan.
Belum ada detail lanjutan terkait rencana tersebut. Yang terang, rencana masuknya BKSL ke bisnis PLTS sejalan dengan masih besarnya cadangan lahan atau landbank milik perusahaan, yang mencapai lebih dari 14.000 hektar (ha).
Bloomberg Technoz telah meminta konfirmasi terkait kabar tersebut kepada manajemen BKSL.
Investor Relations BKSL Haidee Iksan mengatakan, sampai saat ini belum ada informasi yang bisa disampaikan ke publik.
"Tapi sampai saat ini, kami terbuka dengan potensi-potensi bisnis lain, karena kami memang memiliki lahan yang sangat luas," jelas Haidee kepada Bloomberg Technoz, Senin (23/6/2025).
Rosan Roeslani, CEO Danantara, menolak memberikan tanggapan terkait isu tersebut.
Namun, Danantara belakangan cukup intens menjalin komunikasi dengan China, yang kabarnya juga melibatkan pihak BKSL.
Terbaru, Rosan mengumumkan Tiongkok berkomitmen membawa investasi senilai US$10 miliar ke Indonesia, yang mencakup investasi untuk proyek strategis.
Proyek dengan Emiten Prajogo Pangestu
Emiten Prajogo Pangestu, TPIA, akan mendapat suntikan investasi dari Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia) dan Indonesia Investment Authority (INA) untuk mendukung pengembangan proyek jumbo pabrik Chlor Alkali – Ethylene Dichloride (CA-EDC).
TPIA, Danantara, dan INA telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) terkait kemungkinan masuknya Danantara dan INA sebagai investor strategis baru dalam proyek yang memiliki nilai investasi hingga US$800 juta atau setara sekitar Rp13 triliun tersebut.

\
Presiden Direktur Chandra Asri Group, Erwin Ciputra, mengatakan kemitraan ini bertujuan memperkuat kapasitas produksi dalam negeri untuk soda kaustik dan Ethylene Dichloride, dua bahan baku penting bagi berbagai industri hilir termasuk pengolahan nikel. Langkah ini sejalan dengan upaya mendorong kemandirian industri hilir dan memperkuat sektor manufaktur nasional.
Proyek ini akan dijalankan melalui entitas anak, PT Chandra Asri Alkali (CAA), dan mencakup pembangunan pabrik CA-EDC dengan kapasitas produksi sebesar 400.000 ton soda kaustik padat per tahun atau setara dengan 827.000 ton dalam bentuk cair serta 500.000 ton Ethylene Dichloride.
“Fasilitas ini diharapkan mampu menekan impor kedua bahan kimia tersebut dan memperkuat rantai pasok industri dalam negeri,” kata Erwin dalam keterangan resmi, Selasa (17/6/2025).
Sementara itu, fase kedua dari pengembangan proyek ini yang saat ini tengah dilakukan studi kelayakan memperluas kapasitas produksi Chlor-Alkali dan mengembangkan turunan produk klorin untuk meningkatkan efisiensi dan nilai tambah.
Direktur Investasi Danantara Indonesia Pandu Sjahrir menyampaikan proyek ini merupakan langkah strategis dalam mendukung transformasi ekonomi nasional melalui hilirisasi industri. Dia menilai sektor kimia menjadi kunci berbagai rantai nilai strategis, mulai dari manufaktur hingga transisi energi.
“Sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional, kolaborasi ini mendukung pengembangan industri yang skalabel dan mengurangi ketergantungan impor dengan potensi pertumbuhan jangka panjang,” ujarnya.
Selain menekan impor, proyek ini juga diproyeksikan memberi kontribusi terhadap ekspor. Produksi Ethylene Dichloride dari pabrik ini akan diekspor dan diperkirakan mampu menghasilkan devisa hingga Rp5 triliun per tahun. Di sisi lain, pengurangan impor caustic soda dapat menghemat pengeluaran hingga Rp4,9 triliun setiap tahunnya.
Sebagai informasi, TPIA sebelumnya menargetkan pabrik ini selesai dan akan mulai beroperasi pada 2027 mendatang. Proyek ini memiliki nilai investasi sebesar Rp15 triliun dan berlokasi di Cilegon, Banten. Adapun, proyek jumbo ini merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) dalam lima tahun ke depan.
Disclaimer: Berita ini bukan merupakan ajakan atau rekomendasi untuk membeli saham tertentu. Keputusan investasi tetap berada di tangan investor. Bloomberg Technoz tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang diterima imbas dari keputusan investasi pembaca.
(dhf)