Logo Bloomberg Technoz

Setoran Pungutan Ekspor CPO Turun, Target B50 2026 Dinilai Berat

Azura Yumna Ramadani Purnama
30 July 2025 16:10

Pengukuran curah hujan menjelang uji coba biodiesel berbasis kelapa sawit 40% di Dieng, Jawa Tengah./Bloomberg-Dimas Ardian
Pengukuran curah hujan menjelang uji coba biodiesel berbasis kelapa sawit 40% di Dieng, Jawa Tengah./Bloomberg-Dimas Ardian

Bloomberg Technoz, Jakarta – Gabungan Industri Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memandang setoran pungutan ekspor (PE) minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) berpotensi makin turun imbas produksi yang stagnan, sehingga dapat memengaruhi target implementasi biodiesel B50 pada 2026.  

Ketua Umum Gapki Eddy Martono mengatakan setoran PE CPO yang turun akan berdampak pada kapasitas pendanaan program mandatori biodiesel oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). 

Belum lagi, kata Eddy, harga CPO global pada tahun mendatang diestimasikan terus mengalami kenaikan di sekitar US$1.000—US$1.100 per ton. Harga CPO diprediksi naik akibat produksi komoditas tersebut stagnan sehingga kebutuhan CPO global tak terpenuhi.


“Dengan produksi yang stagnan sepertinya agak sulit implementasi B50. Sebab, begitu suplai ke dunia kurang, harga minyak nabati dunia termasuk minyak sawit akan meningkat,” kata Eddy ketika dihubungi, Rabu (30/7/2025).

Perdagangan minyak sawit. (Bloomberg)

Eddy memandang, jika harga minyak kelapa sawit dunia kembali lebih tinggi dari minyak nabati lainnya, negara pengimpor CPO Indonesia berpotensi beralih ke komoditas minyak nabati lainnya.