Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Lima entitas Grup Wilmar International Limited mengembalikan kerugian negara Rp11,8 triliun terkait korupsi pemberian fasilitas ekspor crude palm oil (CPO) dan turunannya industri kelapa sawit pada 2022.

Uang tunai yang disita Kejaksaan Agung tersebut berasal dari PT Multimas Nabati Asahan sebesar Rp3,99 triliun,PT Multinabati Sulawesi sebesar Rp39,7 miliar, PT Sinar Alam Permai sebesar Rp483,9 miliar, PT Wilmar Bioenergi Indonesia dari Rp57,3 miliar, dan PT Wilmar Nabati Indonesia sebesar Rp7,3 triliun.

Penyitaan dan pengembalian dana tetap dilakukan meskipun Wilmar dan dua grup perusahaan sawit lainnya telah mendapatkan putusan lepas atau onslaag dari Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam perkara yang sama. Saat ini, Kejaksaan masih mengajukan upaya kasasi ke Mahkamah Agung guna memastikan kerugian negara akibat tindak pidana ketiga perusahaan tersebut dapat dipulihkan.

Wilmar Grup yang didirikan 1 April 1991 di Singapura ini terseret kasus korupsi CPO 2022 melalui lima entitas usahanya yang menjadi terdakwa korporasi. Saat awal mula berdiri, Kuok Khoon Hong dan Martua Sitorus, memulai operasional Grup Wilmar dengan modal 100.000 dolar Singapura dan hanya lima karyawan, melalui pendirian Wilmar Trading Pte Ltd.

Proyek awalnya adalah PT Agra Masang Perkasa dengan 7.000 ha perkebunan sawit di Sumatera Barat, diikuti pembangunan pabrik pengolahan kernel dan refinery di Dumai pada 1993, yang pada 1995 telah berkembang hingga kapasitas 2.400 ton per hari.

Konferensi pers kasus korupsi ekspor crude palm oil (CPO) di Kejagung, Jakarta, Selasa (17/6/2025). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Sejak saat itu, Wilmar tumbuh menjadi pemilik perkebunan sawit terbesar di dunia, dengan operasi di Indonesia, Malaysia, Uganda, Pantai Gading, Ghana, dan Nigeria. Di Indonesia, Wilmar menjadi palm oil refiner, palm kernel & copra crusher, serta manufacturer specialty fats, oleochemicals, biodiesel dan consumer-pack oils terbesar.

Menurut profil korporat resmi, Wilmar kini adalah Asia’s leading agribusiness group, terdaftar di Singapore Exchange (SGX), dengan kelebihan berupa lebih dari 1.000 pabrik manufaktur, dan jaringan distribusi di lebih dari 50 negara. Bisnisnya mencakup seluruh rantai nilai agribisnis dari perkebunan, crusher biji-bijian, refinery minyak, penggilingan gandum dan beras, pemurnian gula, hingga consumer‑pack oils, specialty fats, oleochemicals, biodiesel, dan pupuk.

Kinerja Grup Wilmar 2024

Wilmar International Limited mencatat pendapatan sebesar US$67,38 miliar sepanjang tahun 2024, tumbuh tipis dibandingkan US$67,16 miliar pada tahun sebelumnya. Namun demikian, laba bersih perusahaan mengalami penurunan sebesar 23,3% menjadi US$1,17 miliar, seiring tidak adanya lagi kontribusi keuntungan luar biasa dari divestasi anak usaha seperti yang terjadi pada 2023. Laba inti (core net profit) juga terkoreksi 25,7% menjadi US$1,16 miliar, sedangkan EBITDA turun 2% menjadi US$3,89 miliar.

Penurunan laba turut tercermin pada laba per saham yang terdilusi penuh (EPS), yang merosot menjadi US$18,7 dari sebelumnya 24,4 sen. Perusahaan juga melaporkan rasio utang terhadap ekuitas (gearing ratio) naik tipis menjadi 0,94 kali, dari sebelumnya 0,88 kali.

Di sisi arus kas, Wilmar membukukan arus kas operasional sebesar US$1,37 miliar, dengan belanja modal (capex) mencapai US$1,57 miliar. Total pinjaman tetap tinggi, namun didukung oleh fasilitas perbankan hingga US\$31,75 miliar, yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan tetap kokoh.

Petugas merapihkan barang bukti uang saat konfrensi pers kasus korupsi ekspor CPO di Kejagung, Selasa (17/6/2025). (Bloomberg Technoz/Andrean K)

Secara segmen, lini Food Products mencatat lonjakan laba sebelum pajak sebesar 70% menjadi US$502,1 juta, didorong oleh peningkatan volume penjualan sebesar 8% menjadi 33 juta ton metrik. Segmen Feed and Industrial Products menyumbang laba sebelum pajak sebesar US$829,5 juta, dengan volume meningkat 12% menjadi 68,7 juta ton, meskipun margin menurun.

Sementara itu, lini Plantation and Sugar Milling mengalami tekanan akibat hasil tandan buah segar (FFB) yang turun 8% menjadi 4,11 juta ton, serta penurunan produktivitas kebun menjadi 19,5 ton per hektar.

(dhf)

No more pages