Logo Bloomberg Technoz

Smelter Nikel RI Marak Stop Lini Produksi, ESDM Beber Alasannya

Azura Yumna Ramadani Purnama
25 July 2025 08:50

Kawasan industri penghiliran nikel Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah./Bloomberg-Dimas Ardian
Kawasan industri penghiliran nikel Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah./Bloomberg-Dimas Ardian

Bloomberg Technoz, Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memandang tumbangnya lini produksi di berbagai pabrik pemurnian (smelter) nikel di Indonesia lebih dipengaruhi oleh dinamika harga nikel yang terus bertahan di zona bearish.

Direktur Jenderal (Dirjen) Mineral dan Batu Bara (Minerba) Tri Winarno menyebut belakangan ini harga nikel di pasar global terpelanting ke area US$14.000-an/ton atau turun cukup jauh dari harga pasaran nikel yang sempat mencapai US$28.000/ton beberapa tahun lalu.

“Jadi dinamika ini yang menjadikan beberapa perusahaan [smelter nikel] pada akhirnya memutuskan untuk beberapa men-shutdown,” kata Tri di sela konferensi pers Perbaikan Tata kelola Sektor Pertambangan, di Gedung Merah Putih KPK, Kamis (24/7/2025).

Ketahanan cadangan nikel RI berdasarkan kebutuhan smelter pirometalurgi./dok. ESDM

Tri juga berpandangan impor nikel Indonesia yang terus bertambah sebenarnya bukan hal negatif, tetapi justru bisa memperpanjang usia cadangan nikel di dalam negeri.

Namun demikian, dia berjanji akan tetap memastikan bahwa impor yang dilakukan merupakan barang mentah atau bijih, bukan hasil dari hilirisasi nikel.