Logo Bloomberg Technoz

Komponen Baterai EV Asal China Kena Tarif AS, Nikel RI Terimbas?

Mis Fransiska Dewi
24 May 2025 19:00

Simbol kimia untuk nikel sulfat (NiSO) diproyeksikan ke tangki selama pembukaan pabrik daur ulang baterai Mercedes-Benz Group AG./Bloomberg-Alex Kraus
Simbol kimia untuk nikel sulfat (NiSO) diproyeksikan ke tangki selama pembukaan pabrik daur ulang baterai Mercedes-Benz Group AG./Bloomberg-Alex Kraus

Bloomberg Technoz, Jakarta – Keputusan Amerika Serikat (AS) menetapkan tarif impor terhadap komponen baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) asal China dinilai akan turut berdampak ke Indonesia selaku pemasok nikel ke Negeri Panda.

Vice President, Head of Marketing, Strategy and Planning PT Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi mengatakan ekspor feronikel (FeNi) dan nickel pig iron (NPI) RI ke China mencapai 8,67 juta ton pada 2024, naik 948% secara year on year (yoy).

Mayoritas turunan nikel Indonesia yang diekspor ke China sebenarnya masih digunakan untuk produksi industri baja. Hanya sekitar 40% saja yang digunakan sebagai bahan baku baterai EV.

“Akan tetapi, jika komponen baterai dari China dikenai kenaikan tarif impor oleh AS, memang ada potensi dampak ke penurunan permintaan terhadap komponen baterai ion-litium,” ujarnya, Sabtu (24/5/2025). 

Massa logam dalam baterai. (Dok: Bloomberg)

Namun, industri EV dan baterai di China saat ini sudah lebih banyak menggunakan baterai berbasis lithium ferro phosphate (LFP) ketimbang nickel manganese cobalt (NMC) atau nickel cobalt aluminum (NCA).