Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah kemungkinan bergerak terbatas hari ini di pasar spot, setelah kemarin gagal mencetak kinerja lebih baik akibat sentimen data buruk pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal 1-2025 hingga mengerek harapan akan pelonggaran moneter oleh Bank Indonesia.

Hari ini, lelang rutin Surat Utang Negara akan digelar oleh Kementerian Keuangan dengan target penerbitan Rp26 triliun. Bank Indonesia juga akan mengumumkan laporan terbaru Survei Harga Properti Residensial kuartal 1-2025 yang akan memberi gambaran perkembangan harga properti hunian serta laju penjualan di tengah kelesuan ekonomi pada tiga bulan pertama tahun ini. 

Sementara dari luar negeri, Federal Reserve akan memulai pertemuan dua hari FOMC untuk menentukan kebijakan suku bunga acuan bulan Mei.

Lanskap global sebenarnya memberikan potensi penguatan bagi rupiah menyusul indeks dolar Amerika Serikat (AS) yang kembali melemah terhadap sebagian besar mata uang utama dunia dan emerging currencies. DXY ditutup melemah 0,2% kemarin di New York dan pagi ini masih stabil di kisaran 99,79 pada sesi Asia.

Sementara rupiah Nondeliverable Forward (NDF) di pasar offshore, juga ditutup menguat 0,25% kemarin di level Rp16.446/US$. Pagi ini, rupiah forward bergerak di Rp16.453/US$. 

Level tersebut tidak terlalu jauh dari posisi penutupan rupiah spot kemarin di Rp16.435/US$, mengisyaratkan rentang pergerakan rupiah mungkin cenderung sempit dan masih menghadapi risiko pelemahan terbatas.

Pada pembukaan pasar Asia pagi ini, semua mata uang yang sudah diperdagangkan terindikasi melemah terhadap dolar AS. Dolar Singapura, ringgit, yuan offshore, yen juga dolar Hong Kong kesemuanya melemah.

Para pemodal global masih mencermati perkembangan terkini kebijakan tarif AS, jelang dimulainya pertemuan Komite Terbuka bank sentral AS, Federal Reserve, dua hari ke depan untuk menentukan kebijakan suku bunga acuan.

Spekulasi seputar potensi kesepakatan perdagangan antara AS dengan negara-negara besar seperti Tiongkok, sejauh ini telah meluruhkan pamor dolar AS dan melesatkan mata uang lawannya termasuk dolar Taiwan yang melonjak luar biasa, juga menguatkan mata uang emerging market lain termasuk rupiah.

Namun, rupiah kemarin akhirnya terjegal hingga gagal menguat, akibat data buruk pertumbuhan ekonomi dan perkembangan pasar kerja dengan penambahan angka pengangguran. 

Analisis teknikal

Secara teknikal nilai rupiah berpotensi kembali melemah dengan target pelemahan menuju level Rp16.480/US$ yang menjadi support pertama dengan target pelemahan kedua akan tertahan di Rp16.500/US$.

Apabila kembali break kedua support kuat tersebut, rupiah berpotensi melemah makin dalam ke Rp16.550/US$ sebagai support psikologis.

Jika nilai rupiah terjadi penguatan hari ini, resistance menarik dicermati ada pada level di kisaran Rp16.410/US$ dan selanjutnya Rp16.380/US$ hingga Rp16.300/US$ potensial.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Selasa 6 Mei 2025 (Riset Bloomberg Technoz)

Peluang BI rate

Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi 4,87% pada kuartal 1-2025, lebih buruk ketimbang ekspektasi pasar dan menjadi laju terendah sejak kuartal III-2021.

Kelesuan capaian ekonomi pada tiga bulan pertama tahun ini, memperkuat ekspektasi akan dimulainya lagi pemangkasan bunga acuan oleh bank sentral, Bank Indonesia, dalam pertemuan Mei ini.

Pertumbuhan PDB Indonesia kuartal 1-2025 hanya 4,87%, terendah sejak kuartal III-2021 (Riset Bloomberg Technoz)

"Kami memandang dengan kondisi saat ini ada perlambatan ekonomi, inflasi rendah dan rupiah sudah menguat, ruang penurunan BI rate bulan ini sangat terbuka," kata Chief Economist Trimegah Securities Fakhrul Fulvian yang memprediksi akan ada pemangkasan 25 basis poin pada pertemuan Dewan Gubernur BI bulan ini.

Capaian pertumbuhan kuartal satu menjadi alarm peringatan agar para pembuat kebijakan segera bertindak lebih cepat memitigasi supaya efek perang dagang tak makin menekan perekonomian.

"Pemerintah harus perkuat ketahanan domestik menghadapi perang dagang, di mana negara harus hadir menjadi shock absorber sehingga konsumsi masyarakat bertahan, industri kuat," menurut Fakhrul.

Capaian buruk pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama, diperkirakan akan berlanjut pada kuartal berikutnya. Hasil survei Bloomberg terhadap 33 ekonom yang dirilis kemarin, memprediksi, laju Produk Domestik Bruto pada kuartal II ini akan makin melemah di angka 4,80% membawa total capaian pertumbuhan ekonomi tahun ini tak lebih dari angka 4,80%.

Para ekonom juga memperkirakan, Indonesia menghadapi potensi resesi dalam 12 bulan ke depan dengan probabilitas mencapai 10%, menurut 7 responden. Besar probabilitas itu menjadi yang tertinggi sejak terakhir kali mencapai angka tersebut pada survei Juni 2024 lalu.

Dalam survei tersebut juga terungkap, para ekonom memperkirakan, BI rate alias suku bunga acuan di Indonesia kemungkinan akan dipangkas satu kali tahun ini menjadi 5,50% dari posisi saat ini di 5,75%.

Peluang pemangkasan BI rate akan menjadi sentimen baik pada pasar keuangan. IHSG bisa melanjutkan reli, begitu juga harga surat utang negara bisa terungkit ekspektasi penurunan bunga acuan. Dengan arus masuk modal diperkirakan bisa lebih banyak, rupiah memiliki harapan mempertahankan stabilitas di tengah penurunan pamor dolar AS di seluruh pasar dunia.

Di pasar saham, asing mulai berbelanja lagi meski masih dalam nilai kecil.

Data otoritas bursa menunjukkan, dalam perdagangan kemarin, investor asing mencetak net buy US$ 5,1 juta sehingga membawa pembelian selama Mei mencapai US$ 13,2 juta month-to-date.

Sementara di pasar surat utang negara, asing melepas Rp2,11 triliun pada 2 Mei lalu setelah selama April membukukan net buy senilai Rp7,79 triliun yang menjadi posisi net buy lima bulan beruntun.

(rui)

No more pages