Secara kumulatif, IHK dari Januari hingga April 2025 diperkirakan akan mencerminkan tingkat inflasi sekitar 1,70% year-to-date (ytd).
Tingkat IHK tahunan diperkirakan akan normal kembali, naik menjadi 2,07% year-on-year (yoy) pada April 2025, naik dari 1,03% (yoy) pada Maret 2025.
Inflasi inti tahunan diperkirakan akan terus meningkat, naik dari 2,48% (yoy) menjadi 2,50% (yoy) pada April 2025, didorong oleh kenaikan harga emas dan pelemahan rupiah, di tengah ketegangan perang dagang yang meningkat dan telah secara signifikan meningkatkan ketidakpastian. Josua mempertahankan perkiraan bahwa inflasi IHK headline akan tetap sekitar 2% pada akhir 2025.
Dikonfirmasi secara terpisah, Ekonom Bank Danamon Hosianna Evalita Situmorang memproyeksikan inflasi Indonesia pada April 2025 sebesar 1,12% secara bulanan, sedangkan secara tahunan diperkirakan mencapai 1,97%. Proyeksi Inflasi inti (core inflation) tetap stabil di level 2,5% (yoy).
“Kenaikan harga emas diperkirakan masih menjadi salah satu pendorong utama inflasi bulan ini, di tengah tren normalisasi permintaan barang dan jasa setelah periode Idulfitri,” ujar Hosianna.
Terakhir, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia (BCA) Tbk David Sumual memproyeksikan inflasi pada April adah 1,36% (mom) dan 2,15% (yoy).
David mengatakan Inflasi meningkat karena hilangnya semua faktor terkait diskon listrik, tetapi untuk administered price dari Februari harga PAM sudah naik, dengan andil 0,15% ke inflasi, sehingga administered prices memiliki andil tinggi di inflasi.
“Untuk volatile food, harga pangan dibandingkan bulan lalu masih meningkat secara keseluruhan, kecuali beras stagnan, daging ayam dan telur ayam turun sedikit,” ujar David.
Ke depan, Josua memperkirakan inflasi akan tetap berada dalam rentang target Bank Indonesia sebesar 1,5–3,5% pada akhir 2025. Depresiasi rupiah diperkirakan akan berkontribusi pada imported inflation, menambah tekanan harga secara keseluruhan.
Selain itu, inflasi sisi penawaran telah melampaui inflasi sisi permintaan, menandakan risiko potensial terjadinya penularan inflasi.
“Kami terus memperkirakan tingkat inflasi akan naik menjadi sekitar 2,33% pada akhir 2025, naik dari 1,57% pada akhir 2024,” ujar Josua.
Mengingat potensi dampak pelemahan rupiah terhadap imported inflation, Josua memperkirakan, Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga BI di level saat ini sebesar 5,75% dalam jangka pendek untuk mendukung stabilitas. Namun, jika ketidakpastian global, terutama terkait perang dagang, mereda dan rupiah stabil, Josua melihat potensi penurunan suku bunga BI sebesar 50 basis poin (bps) untuk sisa tahun ini.
“Kekhawatiran terhadap perlambatan pertumbuhan PDB juga dapat memperluas ruang untuk penurunan suku bunga,” ujarnya.
Hingga Rabu (30/4/2025) siang, konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg dengan melibatkan 13 institusi memperkirakan inflasi April sebesar 0,96% dibandingkan bulan sebelumnya (mtm). Jika terwujud, maka terjadi perlambatan signifikan dibandingkan Maret di mana inflasi mencapai 1,65% (mtm).
Sementara itu, konsensus Bloomberg yang melibatkan 24 institusi memperkirakan inflasi April secara tahunan (yoy) berada di 1,45%. Jika terjadi, maka terakselerasi ketimbang Maret yang sebesar 1,03% (yoy).
Adapun untuk inflasi inti, konsensus Bloomberg yang melibatkan 17 institusi memperkirakan ada di 2,5% (yoy) pada April. Andai terwujud, maka naik sedikit dibandingkan Maret yang sebesar 2,48% (yoy).
(lav)
































