Dalam sindiran halus lainnya terhadap Amerika Serikat, Xi kembali menyerukan penolakan terhadap unilateralisme dalam artikel yang diterbitkan di media Kamboja menjelang kedatangannya di Phnom Penh.
“Kita harus bersama-sama menentang hegemoni dan politik kekuasaan,” tulisnya, seraya menambahkan bahwa kedua negara bertetangga itu seharusnya “secara tegas menolak setiap upaya kekuatan eksternal yang mencoba mencampuri urusan dalam negeri kita dan memecah belah.”
Pernyataan Xi ini muncul di tengah memanasnya perang dagang antara China dan AS. Bloomberg News melaporkan bahwa Washington tengah bersiap meminta negara-negara untuk mengambil langkah membatasi kekuatan manufaktur China, termasuk dengan mengenakan tarif sekunder atas produk-produk asal China, sebagai imbal balik dari konsesi tarif AS.
Baik China maupun AS kini tampaknya bersikukuh mempertahankan posisinya, setelah Trump menaikkan tarif atas barang-barang China hingga 145% dan Beijing membalas dengan tarif hingga 125% atas impor dari AS.
Asia Tenggara menjadi tujuan pertama kunjungan luar negeri Xi tahun ini, dalam upayanya mencegah negara-negara di kawasan menjalin kesepakatan dengan AS yang bisa merugikan China. Meskipun ada penangguhan tarif selama 90 hari, ancaman Trump akan kenaikan tarif drastis memaksa banyak pemerintah di kawasan ini berhati-hati dan mencoba menjaga keseimbangan antara dua kekuatan besar tersebut.
Sebagai bukti keberhasilan diplomatik awal Xi, Kementerian Luar Negeri China merilis pernyataan bahwa Malaysia memberikan dukungan penuh. Perdana Menteri Anwar Ibrahim memuji Xi sebagai “pemimpin luar biasa” dan menyatakan penolakannya terhadap kemerdekaan Taiwan — wilayah demokratis berpemerintahan sendiri yang diklaim Beijing sebagai miliknya.
Anwar juga menegaskan bahwa negara-negara anggota ASEAN “tidak akan mendukung tarif perdagangan sepihak,” mengingat Malaysia saat ini memegang kursi kepemimpinan bergilir blok tersebut, menurut pernyataan dari pihak China.
Tur regional Xi dimulai di Vietnam pada Senin lalu. Para pemimpin Vietnam menyambut hangat Xi dan menandatangani 45 kesepakatan untuk mempererat hubungan ekonomi.
Hanoi merilis pernyataan bersama yang menyatakan kedua pihak “menolak unilateralisme” dan segala tindakan yang dapat membahayakan perdamaian serta stabilitas kawasan — menggunakan bahasa yang selama ini konsisten mereka sampaikan.
(bbn)
































