Bloomberg Technoz, Jakarta - Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan bahwa sepanjang bulan Agustus saldo tabungan masyarakat di atas Rp5 miliar masih bertumbuh, meski sedikit melambat dibandingkan Juli.
Pertumbuhan pada bulan Agustus 9%, sebagaimana data LPS, bandingkan dengan posisi Juli yang mencapai 10,42%. Meski demikian “dibandingkan dengan tahun lalu itu lebih cepat. Tahun lalu 6,79% [Agustus 2023]. Jadi masih cukup cepat pertumbuhannya,” ucap Purbaya di Jakarta, Senin (30/9/2024).
Klasifikasi tabungan di bawah Rp2 miliar, lanjut Purbaya, juga mengalami pertumbuhan 4,95% pada periode yang sama. Lebih baik dibandingkan Juli 2024 di 4,52%.
Menurutnya pertumbuhan tabungan Rp2 miliar menunjukkan terjadi perbaikan meski perlahan. Bahwa ketakutan ekonomi Indonesia memburuk tidak sepenuhnya betul, jika mengacu pada pertumbuhan jumlah tabungan.
“Kelihatannya tidak seburuk itu, paling nggak sekarang ada indikasi perbaikan di penabung di bawah Rp2 miliar,” ucap dia. Ekonomi dikatakan memburuk jika uang yang tersimpan di bank terkuras.
Purbaya menegaskan bahwa kondisi ekonomi saat ini cenderung bervariasi pasalnya “ada sebagian [mengalami] kelemahan di beberapa titik ekonomi.”
“Sepertinya nggak kenceng-kenceng amat tapi tidak buruk juga. Jadi saya tidak melihat dari masyarakat mengatakan bahwa ekonomi sedang memburuk parah,” Purbaya meyakini.
Tingkat kepercayaan konsumen juga masih lebih tinggi dibandingkan periode pandemi Covid-19, meski muncul sinyal turun.
“Jadi Indeks Konsumen kan menggambarkan penilaian masyarakat terhadap kondisi ekonomi dan kondisinya dia sekarang dan enam bulan ke depan,” terang dia.
Fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) di beberapa perusahaan tidak bisa dibaca secara polos. Untuk menggambarkan situasi industri, lanjut Purbaya, harus diperhitungan sebagai angka bersih. Artinya harus dibandingkan dengan ketersediaan lowongan pekerjaan pada periode yang sama.
Kepala Eksekutif LPS Lana Soelistianingsih menambahkan tren pengangguran meningkat efek gelombang PHK harus ditelaah berdasarkan sektor. Menurutnya secara umum perekonomian Indonesia masih berada di jalur perbaikan.
Lana menduga gelombang PHK menimpa sektor manufaktur. Alasannya bisa jadi adanya perubahan gaya hidup di masyarakat.
“Dan biasanya masyarakat ini banyak ya ke arah services saat ini. Siklus juga. Coba aja nanti di akhir tahun saya kira akan ada kenaikan karena siklusnya liburan dan biasanya pada berlibur nih,” pungkas Lana.
(wep)