Logo Bloomberg Technoz

Dolar AS Kembali Perkasa, Rupiah Bisa Terseret Melemah

Tim Riset Bloomberg Technoz
13 March 2024 08:20

Karyawan merapihkan uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Karyawan merapihkan uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Setelah libur long weekend, pasar keuangan domestik akan kembali aktif pada hari ini, Rabu (13/3/2024). Pergerakan rupiah pada hari pertama perdagangan pekan ini kemungkinan masih akan dibebani oleh penguatan lagi dolar Amerika Serikat (AS) pasca rilis data inflasi Februari yang lebih tinggi ketimbang prediksi pasar semalam.

Indeks dolar AS ditutup menguat tipis 0,09% ke posisi 102,95 tadi malam meski pagi ini sedikit berubah ke 102,91. Imbal hasil Treasury, surat utang AS, masih terungkit naik pasca data inflasi semalam di mana pagi ini terlihat masih merah. UST 10Y bergerak 4,5 bps ke 4,14%. Sedangkan tenor lebih pendek 2Y dan 3Y naik masing-masing 4,6 bps dan 5,3 bps.

Kembali kuatnya dolar AS  akan membebani pasar pendapatan tetap di Asia termasuk Indonesia. Dolar yang makin perkasa akan membatasi ruang penguatan mata uang yang menjadi lawannya, termasuk rupiah.

Sinyal tekanan terhadap rupiah itu sudah terlihat di pasar offshore. Kontrak nondeliverable forward (NDF) rupiah 1 bulan ditutup melemah 0,24% ke kisaran Rp15.538/US$ di penutupan pasar New York semalam. Pagi ini, kontrak NDF tetap melanjutkan pelemahan tipis 0,03%.

Inflasi inti AS, yang mengecualikan harga pangan bergejolak dan harga energi, melampaui ekspektasi selama dua bulan beruntun dengan kenaikan 0,4%, sama dengan kenaikan pada Januari lalu. Inflasi harga tempat tinggal masih menjadi penyetir terbesar inflasi, meskipun tingkat harga sewa yang ekuivalen dengan pemilik rumah menurun 0,4%. Tarif angkutan udara dan asuransi sepeda motor juga mencatat kenaikan.