Logo Bloomberg Technoz

Ketika Bunga Acuan Indonesia Tinggal Sejengkal dengan Amerika

Ruisa Khoiriyah
17 March 2023 05:34

Video sambutan Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam acara ‘The Launch of Bloomberg Technoz’. (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Video sambutan Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam acara ‘The Launch of Bloomberg Technoz’. (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Di tengah berbagai gejolak yang silih berganti menggoyang pasar keuangan global dan memantik risiko volatilitas rupiah, otoritas moneter Bank Indonesia (BI) memastikan kebijakan bunga acuan di level saat ini 5,75% masih tetap memadai. 

Kepercayaan diri itu juga tak goyah meski BI sendiri memperkirakan The Federal Reserves, Bank Sentral Amerika Serikat (AS), akan mengerek bunga hingga ke kisaran 5,25% hingga 5,5% yang mana itu bisa membawa selisih imbal hasil surat utang domestik dengan US Treasury akan berada di level tersempit sepanjang sejarah. 

“Kenaikan bunga acuan tidak perlu lagi. Bahasanya itu it’s enough, sampun cekap, it’s sufficient,” tegas Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Maret 2023, Kamis (16/3/2023).

Bank sentral menggelar RDG di tengah gejolak pasar global yang terjadi beruntun dan telah menekan nilai tukar serta menarik dana asing dari pasar saham. Sepanjang 2023, dana asing masih mencatat net inflow senilai US$ 3 miliar. 

Tekanan terhadap rupiah belakangan tidak menjadi alasan bagi BI menyesuaikan bunga acuan (Bloomberg)

Nilai tukar rupiah meningkat volatilitasnya terutama dua pekan terakhir terdampak gejolak pasar global, akan tetapi sejauh ini masih menjadi mata uang terkuat di kawasan dengan penguatan 1,32% dari akhir tahun lalu, lebih baik dibandingkan dibandingkan mata uang negara tetangga.