Logo Bloomberg Technoz

Pasokan yang cukup telah menopang harga minyak internasional mendekati US$80 per barel tahun ini, bahkan ketika konflik di Timur Tengah mengganggu pengiriman regional. Meskipun hal ini memberikan sedikit kelegaan bagi para konsumen setelah inflasi yang merajalela selama bertahun-tahun.

Fitch Ratings menilai Riyadh sebenarnya membutuhkan minyak mentah di atas US$90 per barel karena menghabiskan miliaran dolar untuk transformasi ekonomi yang mencakup kota-kota futuristik dan turnamen olahraga. Mitra terbesarnya dalam aliansi ini, Rusia, juga mencari pemasukan untuk melanjutkan perang melawan Ukraina.

Berdasarkan media pemerintah Rusia dan Arab Saudi, kebijakan pembatasan produksi terbaru ini akan "dikembalikan secara bertahap sesuai dengan kondisi pasar" setelah kuartal kedua.

Wakil Perdana Menteri Rusia, Alexander Novak mengatakan, Rusia - yang memiliki pengecualian unik untuk membagi pembatasannya antara produksi dan ekspor minyak mentah dan produk olahan - akan memberikan penekanan yang lebih besar pada pengurangan produksi minyak mentah selama kuartal mendatang.

Pada April 2024, pemangkasan produksi Rusia akan terdiri dari 350.000 barel per hari dan 121.000 barel per hari dari ekspor. Pada Mei 2024, akan ada 400.000 barel per hari dari produksi dan 71.000 dari ekspor. Sementara pada Juni, pembatasan akan berasal dari produksi saja.

Namun, Rusia dan negara-negara lain dalam kelompok ini sejauh ini belum sepenuhnya memenuhi komitmen mereka.

Moskow sendiri baru menerapkan kebijakan pengurangan produksi yang dijanjikannya hampir setahun yang lalu. Pada bulan Januari, Rusia mengurangi ekspor minyak mentahnya sesuai kesepakatan sekitar 300.000 barel per hari, namun janji untuk membatasi pengiriman bahan bakar sulingan masih belum jelas.

Irak dan Kazakhstan secara kolektif memompa beberapa ratus ribu barel per hari di atas kuota mereka pada Januari. Akan tetapi, keduanya berjanji untuk meningkatkan kepatuhan dan bahkan mengkompensasi kelebihan produksi awal.

Keputusan kelompok ini untuk memperpanjang pembatasannya untuk kuartal kedua mungkin telah diperkirakan secara luas, tetapi OPEC+ kemungkinan akan menghadapi pilihan yang lebih sulit pada pertemuan terjadwal berikutnya, 1 Juni 2024. Ketika para menteri akan menetapkan kebijakan untuk paruh kedua tahun ini.

Perkiraan dari International Energy Agency di Paris menunjukkan bahwa, dengan pertumbuhan permintaan minyak global yang melambat dan suplai baru dari Amerika yang melonjak, OPEC+ harus bertahan dengan pemangkasannya sepanjang tahun.

"Anda tidak ingin mengembalikan barel [produksi] terlalu cepat," kata Saad Rahim, kepala ekonom raksasa perdagangan komoditas Trafigura Group, kepada televisi Bloomberg minggu lalu.

Beberapa Analis memprediksi kebijakan OPEC+ tak akan menjadi masalah karena adanya penguatan permintaan yang justru akan melonggarkan pembatasan dan menambah jumlah produksi pada akhir tahun.

Telah terjadi "peningkatan dalam fundamental pasar secara keseluruhan," kata Paul Horsnell, kepala riset komoditas di Standard Chartered Bank Plc. "OPEC dapat meningkatkan produksi" tanpa membanjiri persediaan dunia.

(bbn)

No more pages