Logo Bloomberg Technoz

Pasar Nervous karena AS, Rupiah Tertekan ke Rp 15.268

Ruisa Khoiriyah
27 February 2023 10:09

Ilustrasi Analis Mencermati Perdagangan Saham di Bursa Wall Street (Dok Bloomberg)
Ilustrasi Analis Mencermati Perdagangan Saham di Bursa Wall Street (Dok Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pasar global kompak berwarna merah menyusul data terbaru dari Amerika Serikat (AS) yang menaikkan lagi sentimen kenaikan bunga The Federal Reserves ke level lebih tinggi dari antisipasi pasar. Personal Consumption Expenditure (PCE) Index negeri paman sam naik ke level 4,7% sedang PCE Price Index menapak ke level 5,4%, melampaui perkiraan pelaku pasar. Kabar buruk ini sekejab mempengaruhi pergerakan rupiah dalam menghadapi dolar AS. 

Pairing USDIDR beranjak ke level Rp 15.268, membuat nilai tukar rupiah terjerembab ke level terlemah sejak 12 Januari lalu. Rupiah menghadapi tekanan jual yang sebenarnya sudah berlangsung sejak pekan lalu. Tekanan jual juga terus berlangsung ke pasar obligasi negara. Yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun semakin melejit.

Yield SUN tenor 10 tahun terus naik mengindikasikan ada tekanan jual yang menurunkan harga SUN (Bloomberg)

Mengutip data Bloomberg, yield SUN 10 tahun pada pukul 10.20 WIB, Senin (27/2/2023) naik 0,49% ke posisi 6,838%. Sebulan lalu, posisi yield masih di level 6,744%. Premi Credit Default Swap (CDS) 5 tahun bergerak ke posisi 97,498 pada pukul 10:21 WIB.

Rupiah semakin tertekan keperkasaan AS menyusul sentimen negatif data PCE Index (Bloomberg)

Volatilitas pasar saham dan obligasi global termasuk di pasar domestik diperkirakan akan terus meningkat dalam dua pekan ke depan, demikian ditulis dalam catatan pagi Samuel Sekuritas yang dibagikan pada para investor.

 “Tekanan jual akan mendominasi pasar utang domestik dengan yield 10 tahun kembali naik dan rupiah akan melanjutkan pelemahan ke arah Rp 15.250 per dolar AS hari ini,” tulis Economist Arga Samudro dan Macro Strategist Lionel Priyadi.