Logo Bloomberg Technoz

Jelang Pemilu, BBM Subsidi Susah Naik Tapi Nonsubsidi Bisa Naik

Ruisa Khoiriyah
31 October 2023 14:15

Suasana pengisian BBM di SPBU Pertamina, Jakarta, Rabu (1/3/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Suasana pengisian BBM di SPBU Pertamina, Jakarta, Rabu (1/3/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi diperkirakan masih akan bertahan di level harga saat ini meskipun lonjakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) telah membuat kurs dolar AS jauh melampaui asumsi kurs dalam APBN 2023. 

Sementara harga BBM nonsubsidi produksi PT Pertamina (Persero), kemungkinan masih akan melanjutkan kenaikan terdorong oleh lonjakan harga minyak dunia ditambah pelemahan nilai tukar rupiah yang nyaris menjebol Rp16.000/US$ pekan lalu. 

Pertimbangan politik akan menjadi faktor utama yang akan menahan harga BBM subsidi walaupun ada risiko kuota yang disiapkan untuk tahun anggaran 2023 terlampaui. Di sisi lain, angka realisasi belanja subsidi energi yang sejauh ini masih lebih rendah dibandingkan pagu yang disiapkan, bisa memberikan ruang lebih leluasa bagi pemerintah dalam menahan lonjakan konsumsi BBM.

"[Kenaikan harga] BBM bersubsidi karena mempertimbangkan inflasi yang harus dijaga jelang Pemilu 2024, masih akan ditahan bisa jadi hingga Februari 2024 meskipun tahun ini alokasi subsidi BBM sudah habis," kata Bhima Yudistira, Ekonom dari Centre of Economic and Law Studies, Selasa (31/10/2023).

Berdasarkan data BPH Migas pada 21 September lalu, kuota BBM bersubsidi untuk jenis Pertalite sudah terpakai lebih dari 65% dari alokasi sebesar 32,5 juta kiloliter. Sedangkan BBM subsidi jenis Solar juga sudah terserap lebih dari 70% dari alokasi sebesar 17 juta kiloliter.