Logo Bloomberg Technoz

Bagi pengamat iklim yang sudah lama melakukan pengamatan, peningkatan suhu musim panas yang sangat tinggi sudah lama diprediksi.

"Saya sudah memprediksi hal ini selama 20 tahun," kata Camille Parmesan, seorang profesor di Pusat Penelitian Ilmiah Nasional dan penulis laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim. "Ini akan terus terjadi mengingat kita tidak mengurangi emisi."

Bumi telah menghangat 1,2 derajat celcius sejak era praindustri karena meningkatnya emisi gas rumah kaca di atmosfer. Menurut Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (National Oceanic and Atmospheric Administration/NOAA) fenomena ini menyebabkan 22 dari 23 tahun terakhir adalah yang terpanas. Satu-satunya cara untuk menghentikan temperatur terus meningkat adalah agar warga dunia segera mengurangi polutan iklim mereka. Terutama, kata para ilmuwan iklim, dengan membuang bahan bakar fosil.

Sementara itu, salah satu yang mendorong bertambahnya temperatur panas tahun ini adalah El Niño, fenomena yang terjadi pertama dalam hampir empat tahun. 

"Setiap kali kita menghadapi fenomena El Niño, kita bisa mengintip sedikit ke masa depan. Ini akan menjadi hal normal baru yang terjadi di iklim kita dalam 5 hingga 10 tahun ke depan jika emisi tetap pada level saat ini, dan tidak segera menurun," kata Hausfather. 

"Jadi kita akan mengalami kondisi suhu yang lebih tinggi dari normal tahun ini dan tahun depan. Akan tetapi, perubahan iklim jangka panjang akan dengan cepat mendorong planet ini ke tingkat panas seperti ini sepanjang waktu."

Perubahan iklim yang memburuk meningkatkan intensitas fenomena cuaca ekstrem. Seperti di musim panas ini, gelombang panas melanda Jepang, India, dan AS yang juga tengah berjuang menghadapi banjir dahsyat di Timur Laut.

Kekeringan mencengkram Eropa, menyusul rekor panas musim semi di Mediterania. Kanada sedang bergulat dengan kebakaran hutan yang tidak terkendali, yang telah melepaskan gelombang asap berbahaya ke jutaan orang di seluruh Amerika Utara.

El Niño juga merupakan peristiwa ekstrem yang semakin kuat dalam beberapa dekade terakhir karena perubahan iklim.

"Sejak 1950, El Niño jauh lebih kuat dibandingkan tahun 1400 hingga 1950," kata Parmesan mengutip laporan IPCC 2021 yang ia bantu tulis.

"Kita belum pernah menghadapi El Niño pada tingkat pemanasan global seperti ini," kata Kim Cobb seorang ilmuwan iklim di Universitas Brown. "Mungkin ini pernyataan yang jelas, tapi saya pikir masih harus dikatakan."

Cobb memperingatkan bahwa kita tidak benar-benar tahu apa yang akan terjadi. El Niño baru saja dimulai, katanya, "dan diperkirakan akan menjadi sedikit lebih kuat."

Perkiraan Berkeley Earth untuk tahun 2023 sebagai tahun terpanas meningkat seiring berjalannya tahun. Jika El Niño berlanjut dan terus meningkat, 2024 bisa lebih panas. Setelah Januari, grup tersebut mencatat bahwa 2023 memiliki peluang sebesar 14% menjadi tahun terpanas. Namun pada akhir Mei, perkiraan tersebut meningkat menjadi 54%.

Setelahnya, tibalah bulan Juni yang sangat panas. Temperatur bulan tersebut mengalahkan selisih yang signifikan dari yang ditetapkan sebelumnya pada tahun 2022, dan dideklarasikan sebagai rekor terpanas oleh Berkeley Earth, Pusat Informasi Lingkungan Nasional AS dan Layanan Perubahan Iklim Copernicus Uni Eropa.

Fenomena ini membuat para ilmuwan memperkirakan akan banyaknya bencana yang akan melanda masyarakat seiring berjalannya tahun, di tengah musim panas dan musim gugur yang terik. Atau seperti yang dikatakan Hausfather, "Banyak hal buruk yang akan terjadi."

(bbn)

No more pages