Ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan menurunkan biaya pinjaman lebih lanjut, sementara banyak bank sentral utama lainnya hampir menyelesaikan siklus pelonggaran moneter mereka telah membebani dolar AS. Pola pelemahan pada Desember juga bekerja melawan mata uang AS, yang turun lebih dari 1% bulan ini.
Harga opsi telah berubah lebih negatif. Yang disebut risk reversal, yang menggambarkan posisi dan sentimen pasar, menunjukkan bahwa pelaku pasar opsi paling bearish terhadap dolar dalam tiga bulan terakhir.
Data dari Depository Trust & Clearing Corporation menunjukkan bahwa euro dan dolar Australia menjadi instrumen utama untuk mengekspresikan pandangan bearish terhadap dolar dalam beberapa sesi terakhir.
"Prospek dolar tetap sangat negatif," tulis Ipek Ozkardeskaya, analis senior Swissquote, dalam catatan yang diterbitkan Selasa. "Seruan bullish pada dolar sangat jarang terjadi."
Ozkardeskaya menjelaskan kekhawatiran seputar disiplin fiskal dan ketegangan perdagangan juga menjadi hambatan. Namun, ia memperingatkan bahwa dolar rentan terhadap rebound tajam jika rilis data mendatang memicu penilaian ulang yang hawkish terhadap ekspektasi The Fed.
Menurut laporan Biro Analisis Ekonomi yang diterbitkan pada Selasa, ekonomi AS tumbuh pada kuartal ketiga dengan laju tercepat dalam dua tahun, sebagian didorong oleh belanja konsumen dan pelaku bisnis yang tangguh.
PDB yang disesuaikan dengan inflasi meningkat sebesar 4,3% secara tahunan, lebih tinggi dari semua perkiraan dalam survei Bloomberg kecuali satu, dan menyusul pertumbuhan 3,8% pada periode sebelumnya.
Secara terpisah, ekonomi Kanada tumbuh pada November setelah menurun pada Oktober. Dolar Kanada melonjak setelah laporan tersebut, mencapai level terkuat sejak Juli terhadap dolar AS.
Krona Swedia, yang menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di antara negara-negara anggota G-10 tahun ini, melompat ke level terkuat sejak Februari 2022 pada Selasa.
(bbn)




























