Logo Bloomberg Technoz

Di sisi lain, dia menilai sejumlah PLTU yang masih memiliki teknologi mumpuni dan masih ekonomis dapat dikompensasi dengan solusi lain seperti mengganti pembangkit ke pembangkit terbarukan.

Justifikasi Cirebon-1

Terkait dengan batalnya pensiun dini PLTU Cirebon-1, dia mendesak agar hal tersebut tidak dijadikan pemerintah sebagai justifikasi untuk menunda transisi energi secara luas.

Dia mendorong pemerintah untuk segera mempublikasikan daftar pembangkit potensial yang dapat disuntik mat.

“Dengan kriteria jelas: umur, efisiensi, emisi, dampak lingkungan, dan kemampuan substitusi energi. Transparansi ini penting agar publik dan investor bisa ikut mengawal,” tegas Ali.

Adapun, dia memandang batalnya pensiun dini PLTU Cirebon-1 dipengaruhi oleh sejumlah faktor, antara lain; usia operasional dan sisa umur yang masih panjang, teknologi yang lebih modern, kompensasi dan implikasi finansial yang besar, hingga kesulitan mencari pembangkit pengganti.

Sekadar catatan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto memastikan pensiun dini PLTU  batu bara Cirebon-1 dibatalkan. Saat ini, pemerintah sedang mencari alternatif PLTU lain untuk disuntik mati.

Airlangga menjelaskan pembatalan tersebut dilakukan karena teknologi yang dimiliki oleh PLTU Cirebon-1 masih terbilang canggih dan memiliki umur yang masih panjang.

Dengan begitu, saat ini pemerintah sedang mencari PLTU alternatif yang lebih layak untuk disuntik mati ketimbang PLTU Cirebon-1.

“Jadi salah satunya ada pertimbangan teknis, karena Cirebon itu salah satunya yang umurnya masih panjang, dan teknologinya juga sudah critical, super critical, dan relatif itu lebih baik,” kata Airlangga dalam konferensi pers, di kantor Kemenko Perekonomian, Jumat (5/12/2025).

“Sehingga nanti dicarikan alternatif lain yang usianya lebih tua, dan lebih terhadap lingkungannya memang sudah perlu di-retire,” tegas dia.

Airlangga menjelaskan terdapat PLTU lainnya yang memiliki umur lebih tua dan lebih mendesak untuk dipensiunkan, dia juga mensinyalir PLTU yang akan disuntik mati tetap berada di Pulau Jawa.

“Nanti ada PLTU yang lebih tua, karena banyak PLTU yang tua yang. Di Jawa juga, PLN lagi me-list,” ucap dia.

Selain itu, Airlangga memastikan pendanaan pensiun dini PLTU Cirebon-1 yang disalurkan Asian Development Bank (ADB) tetap diamankan pemerintah dan nantinya akan dialihkan untuk mendanai suntik mati PLTU lainnya.

“Nanti di-switch, enggak ada masalah,” ujar Airlangga.

PLTU Cirebon-1 dioperasikan oleh PT Cirebon Electric Power (CEP), usaha patungan antara Marubeni Corporation, Indika Energy, Korean Midland Power (KOMIPO), dan Samtan Corporation.

PLTU yang persisnya berlokasi di Kanci, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat itu telah beroperasi sejak Juli 2012. CEP juga punya proyek pengembangan unit baru dengan daya setrum 1x1.000 MW dengan teknologi yang lebih efisien, ultrasupercritical.

Rencana transaksi proyek penghentian dini PLTU Cirebon-1 itu bakal menggunakan skema Energy Mechanism Transition (ETM). Transaksi ini digawangi oleh ADB bekerja sama dengan pemerintah, investor swasta, hingga filantropis.

Penghentian dini diperkirakan membutuhkan dana US$300 juta atau setara Rp4,6 triliun.

Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti total dana yang dibutuhkan. Namun, dokumen comprehensif investment and policy plan (CIPP) program Just Energy Transition Partnership (JETP) memperkirakan dana pensiun dini PLU Cirebon-1 mencapai US$ 300 juta atau setara Rp4,6 triliun.

(azr/wdh)

No more pages