Logo Bloomberg Technoz

Kaji Shell

Adapun, Kuwait Foreign Petroleum Exploration Company (Kufpec) dikabarkan tengah mengajak Shell Plc. untuk menggarap struktur gas Natuna D-Alpha, Laut Natuna Utara.

Terkait dengan itu, Hadi memandang Shell bukan perusahaan hulu migas yang memiliki rekam jejak mulus di Indonesia. Untuk itu, dia mendorong agar Kufpec mengkaji dengan betul penjajakan bisnis dengan Shell.

“Shell sebagai perusahaan hulu migas kurang sukses di Indonesia. Setuju, bisa jadi akan mengulangi riwayat di Masela,” tegasnya.

Sebagai informasi, kedua raksasa migas itu masih berdiskusi ihwal kemungkinan kerja sama untuk menggarap salah satu ladang gas terbesar di dunia tersebut.

Proyek gas yang bersinggungan langsung dengan Laut China Selatan (LCS) itu mangkrak lebih dari setengah abad, sejak pertama kali ditemukan pada 1973.

“Kufpec sedang diskusi dengan Shell untuk mengembangkan struktur gas Natuna D-Alpha,” kata sumber Bloomberg Technoz yang mengetahui perkembangan proyek gas raksasa tersebut, baru-baru ini.

Kufpec mulai melakukan joint study di prospek Natuna D-Alpha pada 2024, setelah PT Pertamina Hulu Energi (PHE) mengembalikan blok tersebut kepada pemerintah dua tahun sebelumnya.

Serampung joint study, Kufpec mengundang sejumlah kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) potensial untuk ikut bergabung pada megaproyek tersebut.

Sejumlah KKKS yang didekati memiliki portofolio di lepas pantai Kepulauan Natuna. Beberapa nama yang sempat berseliweran di antaranya PHE dan PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC).

Kendati demikian, bos MEDC Hilmi Panigoro sebelumnya menampik ihwal keterlibatan grupnya pada megaproyek tersebut. “Tidak ikut,” kata Hilmi di sela pergelaran IPA Convex di ICE BSD, Selasa (20/5/2025).

Sementara itu, sumber Bloomberg Technoz menuturkan, PHE belakangan menarik diri dari tawaran yang diajukan Kufpec.

Untuk diketahui, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memasukkan area Natuna D-Alpha ke dalam daftar putaran lelang wilayah kerja (WK) migas tahun depan.

Akan tetapi, menurut sumber, kepastian lelang untuk Natuna D-Alpha masih menunggu kejelasan konsorsium yang akan dibentuk Kufpec.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, Blok Natuna D-Alpha memiliki potensi kandungan gas mencapai 222 triliun kaki kubik atau trillion cubic feet (TCF).

Hanya saja, blok itu mencatat kandungan karbondioksida mencapai 71%. Konsekuensinya, kandungan gas yang bisa dieksploitasi hanya sekitar 46 TCF.

Di sisi lain, Kementerian ESDM mencatat potensi kandungan minyak dari Natuna D-Alpha sekitar 2.865 juta barel (MMBO).

Sebagai catatan, Shell pernah terlibat di industri hulu migas Indonesia sebagai pemegang hak partisipasi atau participating interest (PI) proyek Abadi Masela; ladang gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) raksasa di wilayah Tanimbar, Maluku.

Di Blok Masela, Shell bersama Inpex Corporation (Inpex) sebelumnya setuju untuk membangun fasilitas LNG dengan kapasitas tahunan sebesar 9,5 juta ton dalam kontrak pemulihan biaya senilai sekitar US$20 miliar.

Akan tetapi, pada 2020, Shell memutuskan untuk keluar dari proyek tersebut dengan menjual 35% hak partisipasinya seharga US$2 miliar.

Upaya Shell untuk melakukan divestasi dari Blok Masela sejak itu berlarut-larut, sehingga menciptakan ketidakpastian seputar kelanjutan pengembangan lapangan Abadi yang menyimpan 360 miliar meter kubik gas itu.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada akhir Mei 2023 bahkan pernah mengungkapkan kegeramannya terhadap Shell, yang akhirnya memutuskan untuk hengkang dari proyek Abadi Masela.

(azr/wdh)

No more pages