Periode kejatuhan kripto kali ini mirip yang terjadi pada tahun 2022, dipicu oleh kejatuhan bursa FTX milik Sam Bankman-Fried. Namun kali ini pemicunya adalah aksi penarikan dana lebih dari US$3,5 miliar dari ETF Bitcoin yang terdaftar di AS, menurut data Bloomberg.
Taruhan dengan leverage pada awal Oktober sekitar US$19 miliar lantas dihapus pasca pengumuman ancaman tarif lebih tinggi dari Presiden Donald Trump.
Di awal bulan Michael Saylor, pemilik dari perusahaan treasury Bitcoin, Strategy Inc., juga memberi kabar pembentukan cadangan US$1,4 miliar guna meredam gejolak bahwa akumulator Bitcoin tersebut mungkin terpaksa menjual sebagian dari kepemilikan kripto senilai sekitar US$56 miliar jika harga token terus turun.
Komentar CEO Strategy Inc., Phong Le, yang menyatakan bahwa akumulator Bitcoin dapat menjual aset kripto tersebut jika diperlukan guna membayar utang, turut menyebabkan anjloknya harga token.
Sean McNulty, Kepala Perdagangan Derivatif APAC di FalconX berkata, “Kami memperkirakan hambatan struktural akan terus berlanjut bulan ini. Kami memantau level US$80.000 pada Bitcoin sebagai level support penting berikutnya,” dilaporkan Bloomberg News.
Pada Kamis pukul 13.00 waktu Indonesia, 4 Desember, Bitcoin bergerak sideways dengan level kisaran US$92.984,6 dan telah rebound 1,9% dibandingkan pekan sebelumnya. Taruhan likuidasi bearish juga telah naik kembali ke US$400 juta di seluruh token dalam 24 jam terakhir, dikutip dari Coinglass.
Namun meski sinyal optimisme telah muncul kembali, Chris Beauchamp, analis pasar utama Inggris di platform investasi dan perdagangan IG, tetap meminta investor Bitcoin waspada, “terlebih banyaknya harapan palsu dalam beberapa bulan terakhir, meski demikian risk appetite di pasar saham akhirnya mulai merembes ke ruang kripto.”
“Peningkatan harga minggu lalu terhenti di US$93.000, jadi dengan harga yang kini mendekati level tersebut di awal perdagangan, ada harapan untuk pergerakan naik yang lebih berkelanjutan.”
(red)































